ABNnews – Satu bulan jelang lengser, Presiden Joko Widodo (Jokowi) kerap mendapatkan olok-olok atau ejekan dari masyarakat luas. Saat ini rakyat secara terang-terangan mengejek Jokowi dengan memanggilnya Mulyono. Nama Mulyono diteriakkan rakyat saat Jokowi meninjau harga bahan pokok di Pasae Dukuh Kupang, Kecamatan Dukuhpakis, Jawa Timur, Jumat (20/9/2024).
Nama Mulyono juga bergema saat Jokowi menyalami para pemain timnas Indonesia dalam pertandingan Timnas Indonesia vs Australia di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, Selasa (10/9/2024) kemarin. Para suporter meneriaki ayah dari Gibran Rakabuming Raka dan Kaesang Pangarep itu dengan panggilan Mulyono.
Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Studi Masyarakat dan Negara (Laksamana) Samuel F Silaen mengatakan, Jokowi diolok-olok dengan sebutan Mulyono karena adanya berbagai ekses-ekses negatif diakhir tahun kepemimpinannya yang sebentar lagi lengser. Saat ini rakyat sudah mulai muak atas perilaku dan kebijakannya yang tidak berpihak lagi terhadap rakyat.
“Sebutan Mulyono berasal dari hasil wawancara Presiden Jokowi di salah satu media televisi nasional. Awalnya wawancara Presiden Jokowi itu tidak jadi masalah ketika ia memimpin Indonesia dengan penuh kearifan, seperti tagline Jokowi adalah kita,” ujar Silaen, Senin (23/9/2024).
Namun, sambung Silaen, ketika prilaku Jokowi berubah wajah ‘ganas dan bringas’ karena aji mumpung berkuasa dan melakukan hal-hal yang bertentangan dengan etika moral pemerintahan yang baik dan benar maka kemarahan rakyat mulai merangsek dan berbanding terbalik menyerang kebijakan Jokowi. Jelang akhir jabatannya, Jokowi mengeluarkan kebijakan ekspor pasir laut yang mendapatkan penolakan dari berbagai pihak.
“Banyak juga orang jelata yang dapat bantuan bansos tidak mudeng dengan kenyataan bahwa kehidupan sehari-hari makin sulit,” jelasnya.
“Masyarakat kelas menengah pasti melihat Jokowi sudah berubah drastis. Karena Jokowi melakukan tindakan yang merusak nama baik dan karirnya sendiri. Jadi siapapun maestro penjilat yang menyokong atau turut serta mendukung ataupun jadi pembisik yang ikut menyuburkan ‘kegilaan’ yang dilakukan Jokowi diakhir masa jabatannya itu harus bertanggungjawab,” sambungnya.
Oleh karena itu, lanjut Silaen, panggilan Mulyono merupakan bagian dari kemarahan rakyat Indonesia terhadap jalannya pemerintahan yang amburadul dan ugal- ugalan. Sehingga dengan sangat muak yang meluap- luap kepada Jokowi maka emosi rakyat dilampiaskan dengan memanggil Jokowi sebagai Mulyono.
“Saat ini rakyat sedang sakit hati kepada Jokowi, sama seperti ketika Jokowi sakit- sakitan harus mengganti namanya agar tidak sakit,” tandasnya.
Sementara itu Direktur Rumah Politik Indonesia, Fernando Ersento Maraden Sitorus mengatakan, rakyat memanggil Jokowi dengan sebutan Mulyono karena saat ini sudah tidak menghormati Jokowi lagi. Saat ini Jokowi sudah kurang dihargai dan dihormati lagi oleh rakyat karena sikap dan kebijakannya yang banyak membuat kecewa.
“Saya melihat wibawa Jokowi saat ini hanya karena protokoler dan Paspampres yang mengawalnya bukan karena masyarakat benar-benar menghormatinya,” tegasnya.
Saat menjadi narasumber di kanal YouTube Hersubeno Point, dikutip Minggu (22/9/2024), mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo juga mengaku prihatin dan sedih dengan sebagian rakyat yang secara terang-terangan mengejek Jokowi dengan memanggilnya Mulyono.
“Saya sedih. Bagaimanapun, Pak Jokowi adalah presiden kita, orang terbaik di Indonesia saat ini. Mau tidak mau, suka tidak suka,” ujarnya.
Ejekan kepada Jokowi tidak hanya di dunia nyata, karena ejekan serupa juga terjadi di media sosial (medsos) terutama di X (Twitter). Saat ini warganet mulai beralih menyebut Jokowi menjadi Mulyono. Menurut Gatot, ejekan di medsos bisa berdampak luas karena juga dapat dilihat oleh orang luar negeri. Hal ini, dapat menimbulkan pertanyaan dari pihak asing tentang kenapa Presiden Indonesia dihina oleh rakyatnya sendiri.
“Begitu ada olok-olok seperti itu dari media sosial, itu kan tidak bisa media sosial dibatasi untuk Indonesia saja, tentu orang luar juga bertanya, ‘kenapa presiden anda’?” ungkapnya.
Gatot. berharap, ejekan terhadap Jokowi segera berakhir. Karena meski pemerintahan sekarang pasti banyak kekurangan, namun sebagai presiden Jokowi tetap harus dihormati.
“Kita mengalami masa-masa sangat buruk ya, saya berdoa saja semoga masa-masa seperti ini cepat berlalu,” tandasnya.
Ya Ndak Apa-apa
Saat menyampaikan Pidato Kenegaraan dalam Sidang Tahunan MPR dan Sidang Bersama DPR-DPD, Rabu (16/8/2023) lalu, Jokowi mengaku menerima sejumlah olok-olok. Ia bercerita, ada yang menyebut dirinya bodoh, firaun hingga tolol. Namun, Jokowi mengaku tak masalah, hanya saja dia sedih karena budaya santun banga Indonesia mulai terkikis.
“Posisi presiden itu tidak senyaman yang dipersepsikan. Ada tanggung jawab besar yang harus diemban. Banyak permasalahan rakyat yang harus diselesaikan dan dengan adanya media sosial seperti sekarang ini. Apapun, apapun bisa sampai ke Presiden,” ujarnya.
Jokowi lalu bercerita ada yang menyebut dirinya bodoh, firaun hingga tolol. Dia mengaku tak masalah dengan hal itu.
“Saya tahu ada yang mengatakan Saya ini bodoh, plonga-plongo, tidak tahu apa-apa, Firaun, tolol. Ya ndak apa-apa, sebagai pribadi saya menerima saja,” ucapnya.
Namun, Jokowi mengaku sedih. Dia mengatakan budaya santun bangsa seolah hilang. “Tapi, yang membuat saya sedih budaya santun dan budaya, budi pekerti luhur bangsa ini, kok kelihatannya mulai hilang. Kebebasan dan demokrasi digunakan untuk melampiaskan kedengkian dan fitnah,” ujarnya.
“Polusi di wilayah budaya ini sangat melukai keluhuran budi pekerti bangsa ini,” tambahnya.***
Bagus Iswanto