ABNnews – Pemerintah Indonesia terus memperkuat posisi perdagangan internasional di tengah ketatnya dinamika global melalui diplomasi ekonomi yang aktif dan terukur. Langkah ini dilakukan untuk menjaga kepentingan nasional sekaligus memperluas akses pasar bagi produk-produk unggulan Indonesia.
Dalam dialog bersama media di Jakarta, Jumat (26/12), Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan perkembangan signifikan dalam hubungan kerja sama perdagangan dengan Amerika Serikat (AS).
“Terkait dengan pembahasan dengan Amerika Serikat, seluruh sektor dibahas, termasuk akses kepada critical mineral. Tentu yang critical mineral sudah ada pembicaraan dengan badan ekspornya di Amerika dan juga ada perusahaan Amerika yang sudah berbicara dengan perusahaan critical mineral di Indonesia,” ungkap Menko Airlangga.
AS Beri Karpet Merah: Bebas Tarif CPO hingga Kakao
Pemerintah Indonesia dan United States Trade Representative (USTR) telah mencapai kesepakatan substansi utama dan teknis dokumen Agreements on Reciprocal Trade (ART) di Washington D.C. Kesepakatan ini mengutamakan prinsip keseimbangan kepentingan kedua negara.
Melalui kesepakatan ART, AS memberikan pengecualian tarif terhadap sejumlah komoditas unggulan Indonesia, meliputi; minyak sawit mentah (CPO), kopi dan teh, kakao serta berbagai produk manufaktur padat karya.
Kebijakan ini diharapkan mampu menjaga daya saing produk Indonesia dan memberikan kepastian bagi pelaku usaha nasional. Menko Airlangga menargetkan penandatanganan perjanjian ART oleh Presiden RI dan Presiden AS dapat dilakukan sebelum akhir Januari 2026.
Buka Akses ke 180 Juta Jiwa: Rusia hingga Kazakhstan
Selain fokus pada AS, Pemerintah juga gencar melakukan diversifikasi pasar ekspor. Langkah strategis terbaru adalah penandatanganan Free Trade Agreement (FTA) antara Indonesia dan Eurasian Economic Union (I-EAEU FTA) pada 21 Desember 2025.
Perjanjian ini membuka akses pasar ke kawasan Eurasia (Rusia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Belarus, dan Armenia) yang memiliki total populasi hampir 180 juta jiwa dan PDB mencapai USD2,56 triliun.
Lebih dari 95% nilai perdagangan dalam perjanjian ini memperoleh preferensi tarif, dengan rata-rata bea masuk mendekati nol persen.
Melalui FTA ini, Indonesia berpeluang besar meningkatkan ekspor komoditas unggulan seperti: CPO dan turunannya, alas kaki, kopi, kakao, dan tekstil, produk perikanan serta jasa berbasis digital dan ekonomi kreatif
Perjanjian I-EAEU FTA ini diproyeksikan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 2,36%.
“Kepada para pengusaha Indonesia, supaya bisa juga mengisi pasar luar dengan bea masuk rata-rata sudah nol. Jadi, terbuka kesempatan bagi Indonesia, termasuk UMKM juga, untuk mengakses pasar global secara lebih kompetitif,” tutup Menko Airlangga.













