ABNnews – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menegaskan komitmennya membangun ekosistem industri halal nasional yang berdaya saing global.
Pesan itu disampaikan lewat Kuliah Umum Industrial Festival (IFest) x Halalindo 2025 di Jakarta, Jumat (26/9), yang menghadirkan Staf Ahli Menteri Bidang Percepatan Transformasi Industri 4.0, Emmy Suryandari.
Dalam paparannya, Emmy menekankan pentingnya kepastian halal di seluruh rantai produksi.
“Proses produksi harus tersertifikasi halal mulai dari bahan baku sampai produk sampai ke customer. Begitu produsen bilang produknya halal, artinya ada trust dan jaminan semua tahapannya sesuai standar,” ujarnya.
Potensi Triliunan Dolar
Emmy membeberkan peluang pasar halal dunia yang sangat besar. Pada 2023, belanja konsumen muslim global tercatat USD 2,43 triliun dan diproyeksikan naik ke USD 3,36 triliun pada 2028.
“Kalau potensi ini tidak dimanfaatkan cepat, kita hanya jadi penonton,” tegasnya.
Meski begitu, Indonesia masih di peringkat 9 pengekspor produk halal dunia, tertinggal dari Brasil, Tiongkok, hingga Thailand. Padahal, dengan jumlah mayoritas penduduk muslim, posisi RI seharusnya jauh lebih kuat.
Menurut Emmy, halal kini bukan sekadar isu agama, tapi sudah jadi gaya hidup inklusif. Label halal dipandang sebagai standar kualitas yang mencakup keamanan produk, transparansi, dan etika rantai pasok.
“Halal adalah lifestyle. Ini soal memastikan produk aman dan sesuai aturan,” kata Emmy.
Emmy juga mengingatkan pentingnya peran generasi muda dalam industri halal.
“Masa depan Indonesia ada di tangan generasi muda. Jangan hanya jadi obyek pasar, tapi harus jadi pelaku,” pesannya.
Dengan bonus demografi milenial dan Gen Z yang mencapai 53% penduduk, Kemenperin menilai generasi ini bisa jadi motor penggerak lewat digitalisasi, kewirausahaan, dan inovasi produk halal.
Jangan Hanya Jadi Market!
Menutup paparannya, Emmy menegaskan Indonesia harus bertransformasi dari konsumen menjadi pemain utama.
“Kita tidak boleh hanya jadi pasar. Kita harus jadi pelaku, yang mengolah bahan baku jadi produk bernilai tambah,” tegasnya.
Kemenperin menargetkan penguatan ekosistem halal bisa mendorong ekspor, membuka lapangan kerja, memperkuat ketahanan pangan, dan kemandirian farmasi-kosmetik, sekaligus memperkokoh posisi RI sebagai pusat industri halal dunia.