ABNnews — Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas) Badan Reserse Kriminal Kepolisian RI (Bareskrim Polri) menunjukkan kasus bunuh diri mengalami tren kenaikan dalam beberapa tahun terakhir.
Sebanyak 1.288 kasus di tahun 2022, Kemudian, kasus bunuh diri telah menyentuh angka 1.023 kasus sepanjang Januari-Oktober 2024. Total saat ini setidaknya 2.311 kasus bunuh diri dalam dua tahun terakhir.
Berdasarkan penelusuran ABNnews mencatat sejumlah kasus dugaan bunuh diri yang terjadi di lingkungan kampus. Sekitar 23 mahasiswa di sejumlah kampus dari berbagai daerah di Indonesia mengakhiri hidupnya sepanjang dua tahun terakhir.
Terbaru, JAA (18) mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) Fakultas Teknik Lingkungan, ditemukan tewas di halaman sebuah apartemen di Jatinangor, Sumedang, Selasa, (9/11/2024).
Sebelumnya, dalam rentang waktu yang cukup berdekatan, pada Oktober 2024 terjadi empat kasus bunuh diri pada usia yang sangat muda dengan status mahasiswa. RD (23) mahasiswa Universitas Kristen Petra, Surabaya yang ditemukan tewas bunuh diri di halaman kampus dengan melompat dari lantai 12, Selasa (1/10).
Dua hari kemudian, F (20) mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes) ditemukan tewas di dalam kamar kosnya, Kamis (3/10), Sehari berselang, E (18) mahasiswi Universitas Tarumanegara (Untar) bunuh diri dengan melompat dari lantai 6, Jumat (4/10), dua pekan setelahnya, M (25) mahasiswa Universitas Muhammadiyah Bengkulu (UMB) ditemukan meninggal dunia di dalam kamar rumahnya, Sabtu (26/10).
Kasus percobaan bunuh diri yang dilakukan kalangan remaja cukup memprihatinkan. Bukan hanya terjadi pada mahasiswa, tetapi anak-anak dengan status pelajar-pun juga banyak terjadi.
Dari data Pusiknas Bareskrim Polri pada tahun 2022, berdasarkan pendidikan, kasus bunuh diri pada tahun 2022, terjadi pada siswa SMA sebanyak 100 kasus, SMP 55 kasus, SD ada 88 kasus, kuliah 16 kasus, sisanya tidak diketahui sebanyak 543 kasus.
Salah satunya, EF (11) siswa kelas 5 sekolah dasar (SD) ditemukan tewas bunuh diri di dalam kandang sapi di Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi, pada Senin (22/1/2024). Korban pertama kali diketahui oleh ayah angkatnya M Anshori (54) dan pamannya Miswan (60) sekitar pukul 05.00 WIB.
Kejadian miris menimpa, NP (14) siswa sekolah menengah pertama (SMP) bunuh diri saat kereta melintas di Stasiun Lemah Abang, Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi, pada Selasa (27/8/2024). Di lokasi, terdapat sepucuk surat berisi permintaan maaf NP kepada sang ibu karena telah menjadi beban di kehidupannya.
Kemudian, SYK (17) siswi sekolah menengah atas (SMA) ditemukan tewas dengan bunuh diri di Kelurahan Alak, Kecamatan Alak, Kota Kupang, NTT, pada Rabu, (24/4/2024). Korban pertama kali ditemukan oleh adiknya, LK (11) di rumah kebun yang berjarak sekitar 100 meter dari rumah induknya.
Fenomena anak menyakiti diri dan mengakhiri hidup perlu mendapat perhatian khusus keluarga, masyarakat, dan pemerintah, serta semua pihak. Hingga akhir 2024, angka kasus-kasus kematian anak dengan cara mengakhiri hidup kian mengkhawatirkan karena terjadi di sejumlah daerah, baik di wilayah perkotaan maupun perdesaan.
Kejadian bunuh diri pada anak, menurut catatan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), dari 2004 hingga 2023 sebanyak 356 kasus.
Data yang dihimpun Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) berdasarkan hasil pengawasan KPAI menunjukkan, sepanjang 2023, setidaknya terdapat 46 kasus anak mengakhiri hidup di Indonesia.
”Angka ini tidak bisa diabaikan. Sungguh membutuhkan perhatian semua pihak, sejumlah anak mengambil langkah mengakhiri hidup di rumah sendiri. Beberapa kasus yang kami temui, seperti di Pekalongan, Buton, Kendari, dan sejumlah tempat, anak diingatkan orangtua karena main telepon pintar, (tiba-tiba) masuk ke kamar, lalu mengakhiri hidup,” kata komisioner KPAI, Diyah Puspitarini, dikutip Kompas.id, di Jakarta, Rabu (17/1/2024).
Dyah mencatat, anak yang mengakhiri hidup paling kecil berusia sembilan tahun. Sedangkan yang paling dewasa berusia 17 tahun. Paling banyak terjadi pada anak usia 10 tahun dan 12 tahun.
“Notabene mereka masih anak-anak dan duduk di bangku sekolah dasar. Itu pun juga meningkat cukup tajam,” kata dia.***
Ilham Cahyadi