ABNnews — Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), dilaporkan tengah mempertimbangkan untuk mengeluarkan peringatan perjalanan ke China, menyusul lonjakan kasus infeksi virus chikungunya.
Dilansir South China Morning Post, kota Foshan menjadi sorotan karena sudah mencatat lebih dari 5.000 kasus di sana. Akibatnya, status darurat kesehatan masyarakat di wilayah itu dinaikkan menjadi level III dari total empat level di sistem kesehatan China, dengan level I sebagai kondisi darurat tertinggi.
Meski mayoritas kasus bersifat ringan, jumlah kasus yang besar sudah cukup untuk memicu kekhawatiran otoritas kesehatan global.
Sebuah studi baru-baru ini yang dilakukan para peneliti di China memprediksi bahwa wilayah risiko tinggi chikungunya akan bergerak ke arah utara, dipicu oleh perubahan iklim.
Artinya, bukan tak mungkin provinsi-provinsi lain di luar Guangdong akan terdampak di masa mendatang.
Chikungunya adalah virus yang menyebar lewat gigitan nyamuk Aedes Albopictus. Spesies ini juga dikenal sebagai penyebar demam berdarah, virus dengue, Zika, dan demam kuning yang bisa menjadi vektor chikungunya.
Beberapa hari setelah terinfeksi, penderita chikungunya memiliki kadar virus yang cukup tinggi dalam darahnya. Ini berarti nyamuk lain yang menggigit mereka dapat ikut tertular dan menyebarkan virus lebih luas.
Tak semua orang yang terinfeksi chikungunya menunjukkan gejala. Kalau pun muncul, gejala biasanya baru dirasakan sekitar 4 hingga 8 hari setelah infeksi.
Gejala utama chikungunya adalah demam tinggi yang datang secara mendadak dan nyeri sendi parah. Dalam kasus tertentu, nyeri sendi ini bisa bertahan selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
Chikungunya sendiri berasal dari bahasa Kimakonde yang berarti “berjalan membungkuk,” merujuk pada posisi tubuh penderita yang kesakitan karena nyeri sendi.
Gejala lain yang juga bisa muncul antara lain nyeri otot, sakit kepala, dan kelelahan. Sayangnya, gejala-gejala ini kerap menyerupai penyakit lain seperti demam berdarah, sehingga sulit didiagnosis.
Kebanyakan orang akan sembuh total, namun komplikasi seperti kerusakan organ hingga kematian tetap bisa terjadi. Komplikasi neurologis seperti ensefalitis juga pernah dilaporkan.
Sejauh ini belum ada obat khusus untuk mengatasi chikungunya. Penanganan umumnya difokuskan pada pereda gejala seperti demam dan nyeri sendi. Namun kabar baiknya, kini sudah ada dua vaksin chikungunya yang disetujui untuk digunakan, yakni IXCHIQ dan VIMKUNYA.
Bagi yang tinggal atau akan bepergian ke daerah yang tengah dilanda chikungunya, pencegahan utama adalah dengan menghindari gigitan nyamuk. Ini penting, karena nyamuk merupakan hewan paling mematikan di dunia.
Jika Anda berencana bepergian ke wilayah yang sedang terdampak chikungunya, sebaiknya konsultasikan dengan dokter untuk menentukan apakah vaksinasi perlu dilakukan.