banner 728x250
Hikmah  

Rasa Cemburu

ABNnews – Rasa cemburu itu manusiawi. Mungkin saja kita pernah mengalaminya. Namun cemburu yang berlebihan atau cemburu buta, sehingga tak bisa membedakan mana yang benar, mana yang salah tentu bisa mendatangkan kerugian maupun malapetaka.

Misalnya, seperti yang diberitakan media, suami cemburu karena diselingkuhi, tega bunuh istrinya. Begitu juga sebaliknya. Akhirnya masuk penjara.

Kalangan psiolog menyatakan, penyebab munculnya cemburu itu karena merasa apa yang diperoleh tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Dalam sebuah kajian bertema kesehatan jiwa dalam perspektif Islam, dr Zaidul Akbar mengatakan, dalam Islam, cemburu terbagi menjadi dua jenis. Cemburu yang sehat atau ghibtoh, yaitu perasaan ingin memiliki kebaikan yang dimiliki orang lain tanpa membenci mereka.

Sebaliknya, cemburu yang berlebihan dan disertai keinginan agar orang lain kehilangan nikmatnya disebut hasad, dan ini termasuk penyakit hati yang berbahaya hingga berujung merusak kesehatan seseorang.

Dia menyatakan, banyak persoalan mental dan emosional yang timbul karena hati yang tidak dijaga atau dipenuhi penyakit, seperti iri, dengki, hingga cemburu buta.

Menurutnya, sehat dalam Islam itu dimulai dari hati. Dikutip Serambinews.com dari kanal YouTube dr Zaidul Akbar Official, Jumat (16/5/2025) menyoroti bagaimana emosi seperti cemburu yang pada dasarnya wajar dan bahkan bisa jadi positif, bisa berubah menjadi penyakit hati dan penyakit tubuh ketika tidak dikendalikan dengan akal dan iman.

dr Zaidul Akbar menegaskan, cemburu buta bisa menjadi akar kesehatan munculnya segala penyakit, tak hanya penyakit hati tapi juga menganggu kesehatan.

Istri Nabi Cemburu

Gus Baha, seorang ulama yang dikutip dari kanal YouTube @ngajigusbahaaa, Gus Baha menjelaskan hubungan Nabi Ibrahim AS dengan Sarah, istri pertamanya. Pada awalnya, Sarah tidak memiliki anak, sehingga ia menyarankan Nabi Ibrahim untuk menikah dengan Hajar.

Namun, setelah Hajar melahirkan seorang anak, perasaan cemburu mulai muncul dalam hati Sarah. Menurut Gus Baha, kisah ini menjadi bukti bahwa bahkan perasaan manusiawi seperti cemburu pun telah ada sejak zaman para nabi. Namun, cara penyelesaiannya tetap berlandaskan hikmah dan tidak melibatkan tindakan yang merugikan.

Gus Baha menambahkan bahwa kisah ini juga menjadi pelajaran tentang bagaimana mengelola hubungan dalam rumah tangga. Cemburu itu wajar, tapi bagaimana kita menyikapinya itulah yang menentukan apakah masalah akan selesai atau justru membesar.

Aisyah Cemburu

Rasulullah SAW adalah teladan yang baik dalam hal kesetiaan dan memberikan sesuatu kepada umatnya, beliau sangat setia kepada istrinya yang setia semasa hidupnya dan setelah wafatnya.

Rasulullah SAW memberitahukan kepadanya tentang sebuah rumah di Surga semasa hidupnya, dan menyampaikan salam dari Tuhannya, dan salam dari Jibril kepadanya.

Dari Abu Hurairah RA dia berkata, “Jibril datang kepada Rasulullah SAW dan berkata, “Wahai Rasulullah! Jika dia datang kepadamu, bacakanlah kepadanya salam dari Tuhannya -Ta’ālā- dan dariku, dan beritahukanlah kepadanya tentang sebuah rumah di surga yang terbuat dari alang-alang yang di dalamnya tidak akan ada suara bising dan tidak akan ada kegaduhan.” (HR Bukhari no 3820 dan Muslim no 2432).

Aisyah RA mengenang kesetiaan Nabi Muhammad SAW kepada Khadijah setelah kematiannya dengan mengatakan: “Aku tidak pernah cemburu kepada salah seorang dari istri-istri Nabi SAW sebagaimana cemburunya kepada Khadijah, namun aku tidak pernah melihat dia, akan tetapi Rasulullah sering menyebut-nyebut tentang Khadijah, dan beliau sering menyembelih seekor domba, kemudian memotong-motongnya menjadi beberapa bagian lalu mengirimkannya kepada para sahabat, seolah-olah tidak ada wanita di dunia ini kecuali Khadijah?” Beliau akan berkata, “Benar, dan benar, dan aku memiliki seorang anak darinya.” (HR Bukhari no 3818 dan Muslim no 2435 dengan lafal Bukhari).

Nabi SAW menunjukkan kasih sayang kepada seorang wanita yang biasa datang kepada mereka pada masa Khadijah, Menepati perjanjian adalah bagian dari iman. Wallohu a’lambishshawab/H Ali Akbar Soleman Batubara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *