banner 728x250

Indonesia Unjuk Gigi di Forum BRICS, Gaungkan Hilirisasi hingga Industri Hijau!

Foto dok Kemenperin

ABNnews – Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Faisol Riza mewakili Menteri Perindustrian hadir dalam BRICS PartNIR Opening Ceremony di Xiamen, Tiongkok, Senin (16/9).

Acara ini menjadi bagian dari rangkaian BRICS Forum on Partnership on New Industrial Revolution (PartNIR) 2025 yang mengusung tema “Unlocking the Potential of BRICS Cooperation for Inclusive and Sustainable Industrialization”.

Kehadiran Indonesia di forum ini disebut sebagai bukti komitmen memperkuat kerja sama internasional dalam mendorong industrialisasi yang inklusif, berkelanjutan, sekaligus membuka peluang investasi, kolaborasi teknologi, dan pasar global bagi produk manufaktur Tanah Air.

Dalam sambutannya, Faisol menyebut kerja sama BRICS PartNIR hadir di momen yang tepat. “Di tengah transformasi global karena digitalisasi, transisi hijau, dan pergeseran rantai nilai internasional, kerja sama ini jadi semakin penting,” ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (18/9).

Faisol menegaskan forum ini relevan dengan peta jalan Making Indonesia 4.0 untuk memperkuat daya saing manufaktur, percepatan adopsi digital, dan membangun ekonomi berbasis inovasi. Ia juga menyinggung komitmen negara BRICS dalam Deklarasi Rio de Janeiro yang menekankan inklusivitas dan keadilan global.

“Industrialisasi harus berjalan seiring inklusivitas, keadilan, dan keberlanjutan. Suara negara berkembang juga harus ikut menentukan masa depan industri dan rantai pasok global,” tegasnya.

Data terbaru menunjukkan, pada triwulan II 2025, industri manufaktur nonmigas tumbuh 5,60% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional 5,12%. Sektor ini juga menyumbang 16,92% terhadap PDB, menegaskan peran pentingnya sebagai tulang punggung ekonomi.

Faisol juga memaparkan Strategi Baru Industri Nasional (SBIN) dengan empat pilar utama: hilirisasi SDA (nikel, tembaga, bauksit), pengembangan industri hijau, digitalisasi manufaktur, dan penguatan SDM industri.

“Bagi kami, manufaktur cerdas bukan sekadar efisiensi, tapi jalan menuju ketahanan, keberlanjutan, dan inklusivitas,” jelasnya.

Sementara itu, Dirjen KPAII Tri Supondy menekankan pentingnya kolaborasi BRICS dalam riset material maju, energi terbarukan, serta sektor farmasi.

Ia mengakui industri farmasi Indonesia masih menghadapi tantangan bahan baku impor, sehingga butuh dukungan BRICS untuk memperkuat kapasitas domestik.

“Bersama mitra BRICS, kita punya sumber daya dan kapasitas untuk membentuk masa depan industri yang lebih hijau, inklusif, dan inovatif. Indonesia siap jadi bagian aktif dalam Revolusi Industri Baru,” pungkas Tri.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *