ABNnews – Dari Jawa Barat ke Jakarta, tentu ada perhitungan. Meski di Jawa Barat hampir pasti menang, Ridwan Kamil justru pilih Jakarta. Kenapa? Ada jaminan akan dimenangkan. Oleh siapa? Tentu oleh kekuasaan. Tepatnya tangan kekuasaan. Siapa penguasanya? Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
Jokowi dan Prabowo sepakat dan satu kata: Anies Baswedan harus dilenyapkan. Tidak boleh ada panggung buat Anies. Bagaimana cara melenyapkan Anies? Lakukan operasi terhadap partai-partai yang akan usung Anies.
Hanan Supangat digeledah rumahnya, dan jadi tersangka. Kader Nasdem ini jadi pintu masuk. Dari sini, anak Surya Paloh dibidik.
Semula, Surya Paloh ngotot ingin calonkan Anies di Pilgub Jakarta. Operasi terhadap Surya Paloh cukup alot. Tapi, ketika anaknya disasar, ini bukan hal mudah bagi Surya Paloh untuk menjaga komitmen dengan Anies.
Menurut sumber yang layak dipercaya, infonya rombongan aparat penegak hukum sudah standby di depan pulau pribadi ketum Nasdem yang ada di Kepulauan Seribu. Tentu bukan untuk jalan-jalan. Ada apa? Akhirnya, Surya Paloh menyerah.
PKB tersandera dengan kursi ketua umumnya yang sedang Muktamar. Resufffle Menkumham sebagai ancaman nyata buat Muhaimin Iskandar alias Cak Imin. Mau aman? Tinggalkan Anies. Plus dapat jatah menteri, duta besar, wakil ketua DPR, dan lain-lain.
Bagaimana dengan PKS? Gak perlu digoda. PKS bahkan menawarkan diri ke Koalisi Indonesia Maju (KIM). Presiden PKS Ahmad Syaikhu sudah memberi sinyal yang lugas dan terang-terangan ke Sufmi Dasco Ahmad, ketua harian Gerindra saat acara PKB.
“Pak Dasco jangan hanya ajak Nasdem dan PKB. PKS ajak-ajak juga lah…”. Bagaimana cara keluar dari Anies? Bisa dibicarakan bareng. Diskusi sambil ngopi. Itu hal mudah. Yang penting dealnya cocok. Lalu bilang ke publik: “ini hasil ijtihad”. Beres!
PDIP coba-coba mau usung Anies pasca keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) atas perkara No 60. Kasus Rano Karno di Bank Banten pun muncul kembali. Belum urusan Puan Maharani dan keponakan Megawati Soekarnoputri. PDIP pun mundur teratur.
Dengan semua diinamika ini, Ridwan Kamil telah mendapatkan jaminan untuk menang dengan menyingkirkan Anies Baswedan.
Sesuatu yang sulit dibantah. Inilah yang membuat Ridwan Kamil tinggalkan Jawa Barat. Sengaja sekenario ini dibuat agar Gerindra bisa ambil Jawa Barat melalui Dedi Mulyadi. Win win solution. Clear!
Pokoknya, Anies tidak boleh dapat tiket Pilgub Jakarta. Juga pilgub tempat lain. Jakarta bisa jadi panggung buat Anies. Jika Anies ada panggung, ini sebuah ancaman serius buat Pemilu 2029.
Siapa yang terancam? Prabowo dan Gibran. Gibran adalah putra Jokowi yang disiapkan untuk mengganti Prabowo kelak.
Kapan? Bisa tahun 2029, bisa juga tahun 2034. Bahkan bisa sebelum tahun 2029. Bergantung siapa pemenang adu kuat Prabowo vs Jokowi.
Sebuah perseteruan yang tidak bisa dihindari. Ini bukan mau Prabowo dan kehendak Jokowi. Tapi situasi memaksa mereka untuk berbenturan. Seperti benturan Jokowi vs Megawati.
Konflik borjuis vs proletar dalam teiri Karl Marx bisa menjadi referensi untuk menjelaskan konflik Prabowo vs Jokowi dalam konteks masa depan Gibran. 2029, kepentingan Jokowi dan Prabowo berbenturan. Tidak bisa dihindari. Lalu, bagaimana menjelaskannya? Anda perlu ikut kuliah beberapa SKS supaya paham.
Belum lagi posisi Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), pesaing berat Prabowo yang tidak ingin Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), putra sulungnya terlempar dari panggung pilpres ke depan.
Kita tunggu apa manuver SBY lima tahun kedepan. Sebagai seorang mantan presiden dan ahli strategi politik, SBY bukan orang sembarangan. Hanya saja, ada faktor kelemahan SBY yang cukup serius yaitu “peragu”. Ini problem SBY selama ini yang membuatnya seringkali tidak taktis dan telat ambil keputusan politik.
Kontestasi Pilpres 2029 akan penuh gejolak karena saat itu akan bertemu banyak kepentingan untuk merebut kekuasaan. Prabowo tentu ingin dua periode. Bila perlu, Prabowo jadi presiden seumur hidup seperti kakek dari anaknya. Jokowi tidak akan membiarkan anaknya terlempar dari panggung 2029.
Meski lima tahun lagi, kita tidak tahu Jokowi ada dimana dan punya kekuatan apa. Di luar persaingan Jokowi vs Prabowo, ada SBY yang ingin memasukkan anaknya ke gelanggang pilpres. Nah, Ridwan Kamil akan terus mengintip peluang, kapan waktu yang tepat untuk masuk gelanggang.
Jakarta akan menjadi ruang pencitraan Ridwan Kamil. Ridwan Kamil tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini untuk membuat drama sebaik dan semenarik mungkin. Ridwan Kamil adalah pemain watak yang cukup sukses di dunia politik. Apakah branding ini akan mampu membuat Ridwan Kamil menyaingi Prabowo dan Gibran?.
TONY ROSYID
Penulis adalah Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa
(Sumber RMOL)