ABNnews – Kesiapan Indonesia dalam penggunaan teknologi artificial intelligence (AI) di Indonesia semakin progresif, namun masih perlu dimatangkan untuk dapat diadaptasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen.
Menurut data dari Oxford Insight, tingkat nilai kesiapan Indonesia terhadap penggunaan AI sudah mencapai 61.03%. Ini menempatkan Indonesia di posisi ke-42 dunia dari hampir 200 negara yang masuk ke dalam daftar. Sementara Thailand menempati posisi 37, Malaysia 23, Singapura 2, India 40 dan Brazil 32.
“Kalau kita lihat jangkauan AI readiness index tahun 2023, kita masih di posisi ke-42, masih di bawah negara-negara berkembang lainnya. Di Indonesia sendiri potensi AI sangat luar biasa,” ungkap Arsjad di acara peluncuran Artificial Intelligence Institute for Progress (AIIP), Selasa (6/8/2024).
Menurut Arsjad, AI bisa meningkatkan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) hingga 12 persen pada 2030 mendatang. Ditambah lagi, potensi pertumbuhan AI akan semakin besar dalam beberapa tahun ke depan, didukung dengan semakin banyaknya pelaku industri teknologi skala global yang ikut serta dalam pengembangan AI, yang dianggap sebagai sumber energi hijau.
“Global seperti Microsoft, Apple, dan Amazon, juga memiliki target renewable energy sampai dengan 100 persen pada tahun 2030 untuk data center mereka. Ini menjadi opportunity untuk Indonesia,” terang Arsjad.
Untuk itu, Arsjad berharap Indonesia bisa memanfaatkan momentum ini dengan baik. Beberapa langkah yang bisa dilakukan diantaranya memperkuat industri manufaktur agar bisa memproduksi bahan-bahan komputer berkualitas untuk mendukung perkembangan AI, pengembangan sumber daya manusia, hingga mendorong regulasi penggunaan AI yang baik.
Jika Indonesia memanfaatkan momentum dengan baik, Arsjad optimis ekonomi Indonesia bisa tumbuh 8 persen, mengikuti capaian pertumbuhan ekonomi di era 1970 – 1990an.
“AI menjadi salah satu kunci, kalau kita mau industri Indonesia lebih berdaya saing. Dan pada akhirnya mencapai yang dicita-citakan kita bersama yaitu pertumbuhan ekonomi 8 persen,” pungkas Arsjad.