ABNnews – Indonesia tengah mengalami lonjakan inovasi di bidang teknologi medis. Pertanyaannya, apakah ini tanda dokter bakal digantikan robot?
Belakangan, sejumlah rumah sakit di Tanah Air mulai menghadirkan robot medis untuk berbagai bidang operasi. Tren ini pun disebut bakal mengubah wajah dunia medis Indonesia.
Salah satunya adalah kehadiran robot bedah otak pertama di Indonesia, Brainlab Cirq Robotic Suite, yang kini beroperasi di Siloam Hospitals Lippo Village. Robot ini jadi pionir sekaligus bukti nyata transformasi layanan kesehatan berbasis teknologi.
Tapi Brainlab Cirq bukan satu-satunya. Sebelumnya sudah ada robot Da Vinci Xi, yang dipakai untuk operasi minimal invasif. Dengan lengan robotik yang dikendalikan dari konsol, dokter bisa melakukan tindakan dengan sayatan kecil, visualisasi lebih tajam, dan risiko komplikasi yang rendah.
Tak ketinggalan, ada juga robot lutut yang hadir sebagai solusi akurat untuk pasien dengan masalah sendi. Teknologi ini membantu dokter menempatkan implan dengan presisi tinggi, mengurangi nyeri, dan mempercepat pemulihan pasien.
“Robot ini seperti radar di tengah laut, membantu navigasi area vital di otak,” jelas Prof. Dr. dr. Julius July, Sp.BS, K, M.Kes, IFAANS, soal peran Brainlab Cirq yang disebut bukan pengganti dokter, melainkan alat bantu yang menyatu dengan keterampilan manusia.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pun menegaskan teknologi medis bukan sekadar alat tambahan, tapi bagian dari strategi membangun sistem kesehatan yang efisien dan berkelanjutan.
“Teknologi menyelamatkan anggaran negara. Kita harus membangun sistem yang cerdas,” tegasnya.
Kesimpulannya, robot medis bukan tren sesaat. Dari otak sampai lutut, teknologi robotik kini jadi mitra dokter dalam menyelamatkan nyawa membuat operasi makin presisi, minim risiko, dan membuka babak baru dunia medis Indonesia.
