banner 728x250

Dari Boeing ke Istana: Cerita 50 Pesawat yang Belum Jadi Dibeli Garuda

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto (Foto dok KLIP Kemenko Perekonomian)

ABNnews – Cerita pembelian 50 unit pesawat Boeing oleh PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk bukan cuma soal transaksi bisnis biasa. Di balik rencana ini, terselip negosiasi dagang antara Indonesia dan Amerika Serikat, hingga jadi sorotan Presiden AS Donald Trump dan pemerintah RI.

Tapi hingga kini, pesawat-pesawat itu belum juga jadi dibeli. Padahal, rencana pembelian Boeing ini sempat dikaitkan langsung dengan kebijakan tarif dagang AS terhadap Indonesia yang semula akan dikenakan 32%, sebelum akhirnya disepakati turun menjadi 19%.

“Pesawat Garuda itu sedang dalam proses negosiasi business to business antara Boeing dengan Garuda. Jadi nanti teknisnya kita tunggu perkembangan selanjutnya,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, di kantornya, Jakarta, Senin (21/7/2025).

Airlangga menjelaskan bahwa rencana ini belum mengikat secara resmi karena masih dalam tahap negosiasi. Bahkan, ia menyebut proses pembelian sempat terkendala soal uang muka alias DP.

“Garuda menandatangani perencanaan untuk membeli 50 pesawat. Belum deal karena DP-nya doang,” katanya blak-blakan.

Namun, menurut Airlangga, hambatan itu kini sudah bukan masalah besar. Setelah kesepakatan penurunan tarif berlaku, urusan pembelian disebut sudah masuk ranah murni komersial.

“Sekarang sudah murni komersial. Itu terjadi pada saat tarif kita 32 persen. Sesudah tarif kita turun menjadi 19 persen, maka semuanya menjadi lebih lancar,” jelasnya.

Sekretaris Kemenko Perekonomian, Susiwijono Moegiarso, juga menegaskan bahwa belum ada nota kesepahaman (MoU) antara Garuda dan Boeing. Artinya, belum ada kontrak yang mengikat.

“Yang Garuda kan belum tanda tangan. Yang baru tanda tangan kan untuk sektor energi dan pertanian, seperti soybean, gandum, dan sebagainya,” ujar Susiwijono, Jumat (18/7/2025).

Ia menambahkan bahwa karena skema kerja sama ini bersifat business to business, maka keputusan akhir sepenuhnya berada di tangan Garuda dan Boeing. Pemerintah, kata dia, hanya memfasilitasi dari sisi regulasi dan diplomasi perdagangan.

“Kita sudah menjajaki, akan ada kesepakatan ke sana. Tapi tetap subjek itu pertimbangan bisnis. Teman-teman di Garuda yang lebih tahu,” sambungnya.

Presiden AS Donald Trump sempat menyebut dalam pidatonya bahwa Indonesia sepakat membeli 50 pesawat Boeing, mayoritas bertipe Boeing 777, sebagai bagian dari reciprocal trade deal atau perjanjian dagang timbal balik.

Angka ini disebut sebagai bagian dari komitmen Indonesia untuk mengimbangi kebijakan tarif AS yang kini resmi turun menjadi 19%, jauh dari ancaman awal sebesar 32% sebagaimana tertuang dalam surat Trump bertanggal 7 Juli 2025.

Namun, meski pernyataan itu datang langsung dari Presiden AS, hingga kini belum ada kepastian soal realisasi pembeliannya. Apakah Boeing akan segera diterbangkan ke Indonesia atau tetap jadi rencana di atas kertas? Semua masih tergantung hasil akhir dari negosiasi antara dua raksasa Garuda dan Boeing.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *