ABNnews – Hoki Banget. Emak-emak itu dapat mobil lewat undian. Keluarganya tentu bahagia nasib mujur yang diterima. ”Hoki banget ibu,” kata sang anak.
Dalam bentuk lain, kita atau sahabat pernah menerima nasib mujur, karena hoki atau keberuntungan.
Dalam Islam, “hoki” atau keberuntungan tidak dipandang sebagai sesuatu yang acak atau kebetulan, melainkan lebih pada karunia Allah SWT yang diberikan kepada hamba-Nya yang beriman dan beramal saleh.
Orang yang beruntung dalam Islam adalah mereka yang beriman, mendirikan shalat, membayar zakat, berinfak, beramar ma’ruf nahi mungkar, dan berjihad.
Namun harus dipahami, segala bentuk keberuntungan, baik dalam hal rezeki, kesehatan, maupun kebahagiaan, berasal dari Allah SWT.
Untuk meraih keberuntungan bertakwalah kepada Allah, jalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Tentu jangan lupa berdoa untuk memohon keberuntungan dan kemudahan kepada Allah. Lalu menjaga hubungan baik dengan sesame (silaturahmi), ikhtiar atau usaha yang sungguh-sungguh dalam meraih sesuatu.
Rasulullah SAW telah menerangkan karakter orang-orang yang memperoleh keberuntungan dan menjadi manusia-manusia yang bernasib mujur. Beliau bersabda: “Sungguh telah beruntung orang yang memeluk Islam, dikaruniai rezeki yang cukup dan Allâh menjadikannya bersifat qanaah atas nikmat yang diberikan-Nya kepadanya. [HR. Muslim]
“Ridhailah apa yang Allah bagikan untukmu, maka engkau akan menjadi orang yang paling berkecukupan” [HR. At-Tirmidzi dan lainnya]
Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XX/1437H/2016M, sesungguhnya kekayaan hakiki itu bukanlah karena berlimpahnya materi. Kekayaan hakiki adalah kecukupan yang ada dalam hati. Berapa banyak pemilik kekayaan yang berlimpah-ruah, akan tetapi hatinya merasa kekurangan lagi kecewa. Dan sebaliknya, berapa banyak orang yang miskin dalam segi materi, akan tetapi hatinya kaya. Ia ridha dan menerima rezki pembagian dari Allah Azza wa Jalla dengan qana’ah.
Orang yang berpendirian teguh, ketika dunia menyempit di hadapannya, ia tidak menggabungkan pada dirinya kesempitan dunia dan kemiskinan hati. Ia tetap berusaha untuk meraih ketenangan jiwa dan ketentraman, sebagaimana ia berusaha untuk mencari rezeki. Wallohu a’lambishshawab/H Ali Akbar Soleman Batubara