banner 728x250

Ekspor Tembus USD 5,16 Miliar! Industri Sepatu RI Kian Perkasa, AS Sampai Ketagihan

Ilustrasi. Foto: MNC Media

ABNnews – Industri alas kaki nasional terus menunjukkan taringnya. Menjadi salah satu subsektor unggulan, industri ini tak hanya kuat di pasar lokal, tetapi juga mencatat kinerja ekspor yang terus menanjak.

Berdasarkan data Pangkalan Data Kekayaan Intelektual DJKI, pada periode perlindungan Desember 2021–Desember 2031, tercatat 23.010 merek alas kaki terdaftar dan dalam proses perlindungan.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan peran besar sektor ini dalam perekonomian Indonesia.

“Menurut data BPS, industri kulit, barang kulit, dan alas kaki skala kecil berjumlah 53.333 unit usaha dengan 159.454 tenaga kerja. Untuk skala menengah dan besar terdapat 737 unit usaha dengan 571.156 tenaga kerja,” kata Agus saat meresmikan Gedung Balai Pemberdayaan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI) di Sidoarjo, Selasa (4/11).

Potensi pasar juga terus berkembang. Pada periode Januari–Agustus 2025, ekspor alas kaki Indonesia mencapai USD 5,16 miliar, tumbuh 11,89% dari periode yang sama tahun lalu. Indonesia kini berada di posisi ke-6 eksportir alas kaki terbesar dunia, dengan Amerika Serikat sebagai pasar utama, disusul Uni Eropa dan negara non-tradisional lain.

“Industri alas kaki kita tumbuh 8,31% pada Triwulan II 2025 (y-on-y), lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional yang berada di angka 5,12%. Ini menunjukkan daya tahan dan optimisme sektor ini,” lanjut Agus.

Agus menekankan pembangunan Gedung BPIPI di Sidoarjo merupakan langkah strategis dalam meningkatkan kompetensi, standardisasi, dan daya saing industri alas kaki nasional, sekaligus implementasi Strategi Baru Industrialisasi Nasional (SBIN) menuju Indonesia Emas 2045.

Menurut Agus, SBIN memiliki empat kerangka strategis: Industrialisasi berbasis sumber daya alam, Pengembangan ekosistem industri, Penguasaan teknologi serta Penerapan prinsip industri berkelanjutan

Keempatnya harus ditopang faktor pendukung kuat seperti bahan baku, lahan industri strategis, logistik efisien, energi berkelanjutan, SDM kompeten, riset-inovasi, regulasi adaptif, serta kebijakan TKDN yang konsisten.

Gedung BPIPI sendiri dirancang sebagai Bangunan Gedung Hijau (BGH) dengan efisiensi energi, pengolahan limbah, pencahayaan alami, dan ruang kerja kolaboratif. Dari sisi P3DN, gedung ini menggunakan Produk Dalam Negeri 97,84% dengan TKDN 61,51%.

Direktur Jenderal IKMA Reni Yanita menjelaskan pembangunan gedung yang dimulai Agustus 2024 hingga September 2025 berjalan lebih cepat dari target. Saat ini gedung sedang dalam proses pemenuhan Sertifikat Laik Fungsi (SLF) dan penilaian Bangunan Gedung Hijau.

Hingga 2025, BPIPI telah melakukan pendampingan kepada lebih dari 13.000 SDM industri alas kaki, terdiri dari 3.608 pelaku IKM dan 9.396 tenaga kerja terampil di berbagai sentra industri.

Layanan BPIPI meliputi pendampingan teknis, sistem mutu, pengujian, inkubasi bisnis, Indonesia Footwear Network, hingga sertifikasi profesi.

“BPIPI hadir sebagai enabler untuk meningkatkan inovasi dan daya saing industri alas kaki nasional,” tutup Reni.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *