banner 728x250

Bahaya Curhat ke AI, Psikolog Warning Soal ChatGPT Jadi Support System: Jangan Minta Validasi Semua Hal

Ilustrasi Curhat ke ChatGPT. Foto: Canva

ABNnews – Teknologi kecerdasan buatan (AI) kian merasuk dalam kehidupan sehari-hari, bahkan kini mulai digandrungi sebagai ‘teman curhat’ baru. ChatGPT, chatbot populer berbasis AI, perlahan menjadi support system bagi sebagian orang di tengah tuntutan era digital.

Namun, di balik kemudahannya, psikolog klinis, Agata Ika Paskarista, M.Psi, angkat bicara. Ia menekankan bahwa meski AI bermanfaat untuk meluapkan perasaan, pengguna tetap harus ada batasan.

“Ini tergantung sama level yang dirasakan. Kalau teman-teman memang butuhnya ‘aku mengeluarkan apa yang aku rasakan’ AI (mungkin) bisa membantu,” kata Agata dikutip detikcom, Minggu (12/10/2025).

Bahaya Validasi Berlebihan dan Level Stres Tinggi

Agata memberikan peringatan keras, terutama bagi mereka yang menggunakan AI sebagai sumber validasi tunggal.

“Tapi kalau akhirnya AI adalah segala sesuatu yang kamu ingin validasi, terus mintanya dari AI itu rasanya nggak bisa. Dia akan memvalidasi semuanya,” tegasnya.

Peringatan ini menjadi krusial, terutama bagi individu yang mengalami gejala mental pada level sedang hingga tinggi. Mereka yang berada di level ini mutlak membutuhkan saran dan terapi dari profesional.

“Kenapa? Nanti ternyata pemikiran untuk mengakhiri hidup, untuk menyakiti diri sendiri ada divalidasi sama AI. Kecerdasan buatan bermanfaat, tapi tidak bisa menggantikan tenaga profesional,” jelasnya.

Menurut Agata, mengatasi kondisi kesusahan mental bukan hanya sekadar bercerita, tetapi memerlukan terapi-terapi tertentu yang hanya bisa diberikan oleh tenaga profesional.

Solusi: Selektif dan Cari Komunitas

Terkait masalah mental, Agata merekomendasikan masyarakat agar lebih selektif saat memilih teman curhat. Pendengar yang dipilih haruslah seseorang yang benar-benar bisa dipercaya.

“Kalau nggak ada, temui komunitas-komunitas tertentu yang memang fokusnya pada kesehatan mental,” katanya.

Agata juga menutup perdebatan mengenai status AI sebagai support system.

“Apakah AI ini bisa dikategorikan support system? Karena ini bentuknya kan bukan orang, rasanya sih nggak bisa dikatakan seperti ini,” tutupnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *