banner 728x250

Apa Dampak Konsumsi Makanan Tinggi Lemak Terhadap Aliran Darah ke Otak?

Ilustrasi makanan tinggi lemak. (Foto: istimewa)

ABNnews — Konsumsi makanan tinggi lemak yang masuk ke dalam tubuh ternyata tidak hanya memengaruhi berat badan, kesehatan jantung dan pembuluh darah, tetapi juga berdampak langsung pada aliran darah ke otak.

Kondisi ini disebut sebagai post-prandial hyperlipidaemia (PPH), lonjakan lemak dalam darah setelah makan, yang dapat bertahan hingga delapan jam setelah makan.

Penelitian ini melibatkan 20 pria muda sehat (rata-rata usia 24 tahun) dan 21 pria lansia sehat (rata-rata usia 67 tahun). Para peserta diminta menjalani sejumlah pemeriksaan, baik saat perut kosong maupun empat jam setelah menyantap makanan tinggi lemak standar.

Pemeriksaan mencakup fungsi pembuluh darah, kecepatan aliran darah di otak, serta kadar trigliserida, glukosa, dan insulin dalam darah.

Hasilnya menunjukkan bahwa setelah menyantap makanan tinggi lemak, kadar trigliserida, glukosa, dan insulin meningkat secara signifikan pada kedua kelompok usia.

Lonjakan ini menurunkan fungsi pembuluh darah (flow-mediated dilation/FMD), meningkatkan tekanan pulsasi di otak, dan menurunkan kemampuan otak mengatur aliran darahnya sendiri (dynamic cerebral autoregulation/dCA).

“Temuan kami menunjukkan bahwa PPH tidak hanya merusak fungsi pembuluh darah secara sistemik, tapi juga mengganggu kemampuan otak menjaga aliran darah yang stabil. Yang lebih mengkhawatirkan, gangguan tersebut lebih berat terjadi pada peserta lansia,” kata peneliti utama studi ini.

Peneliti menjelaskan bahwa seiring bertambahnya usia, tubuh mengalami peningkatan stres oksidatif dan penurunan ketersediaan nitric oxide (NO), molekul penting yang menjaga pelebaran pembuluh darah.

Penurunan NO ini, dikombinasikan dengan lonjakan lemak darah setelah makan, diduga menjadi penyebab utama terganggunya fungsi pembuluh darah dan aliran darah otak.

Dynamic cerebral autoregulation (dCA) adalah kemampuan otak untuk menjaga suplai darah tetap stabil meski tekanan darah berubah-ubah, agar kebutuhan tinggi otak akan oksigen dan glukosa tetap terpenuhi.

Bila kemampuan ini terganggu, aliran darah ke otak menjadi lebih pasif mengikuti tekanan darah, sehingga meningkatkan risiko stroke dan penyakit neurodegeneratif.

“Studi ini adalah yang pertama membuktikan bahwa makan tinggi lemak bisa langsung mengganggu mekanisme perlindungan aliran darah otak, dan hal ini lebih berbahaya pada otak yang menua,” tambah peneliti.

Para ahli menekankan bahwa meski studi ini dilakukan pada pria sehat, hasilnya menjadi peringatan penting tentang dampak konsumsi makanan tinggi lemak pada kesehatan otak, khususnya pada lansia.

Langkah pencegahan seperti membatasi makanan tinggi lemak jenuh dan menjaga pola makan seimbang disebut dapat membantu melindungi fungsi pembuluh darah dan otak.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *