ABNnews — Sayap bersenjata Hamas, Brigade Al-Qassam mengunggah video pembebasan empat tentara wanita Israel. Keempatnya mengucapkan terima kasih atas perlakuan manusiawi mereka selama ditawan dan atas perlindungan terhadap nyawa mereka meskipun Israel melakukan pemboman yang gencar.
Video itu memperlihatkan para tentara di dalam sebuah kendaraan saat mereka diangkut untuk diserahkan kepada Komite Internasional Palang Merah, sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata antara kelompok perlawanan Palestina dan Israel.
Sebelum penyerahan sandera, para tentara menyampaikan rasa terima kasih atas perlakuan baik yang mereka terima dari Brigade Al-Qassam.
“Assalamualaikum, terima kasih kepada Brigade Al-Qassam atas perlakuan yang baik,” ujar seseorang dalam video itu, dilansir Anadolu, Minggu (26/01).
“Terima kasih atas makanan, minuman, dan pakaian,” kata yang lain. Sementara tentara yang ketiga mengucapkan terima kasih kepada para pejuang karena “melindungi kami dan melindungi kami dari pemboman”.
Sementara, tentara yang keempat menyatakan harapan bahwa hari itu akan menjadi “hari bahagia bagi semua orang.”
Di akhir video, para tentara terlihat meneriakkan dengan keras “25 Januari” — tanggal pembebasan mereka. Rekaman itu direkam di dekat pantai Gaza sebelum penyerahan.
Empat tentara Israel tersebut, yaitu Karina Ariev, Daniella Gilboa, Naama Levy, dan Liri Albag. Keempatnya sebelumnya diculik pada 7 Oktober 2023 saat Hamas menyerang pos pengamatan tempat mereka bertugas di perbatasan Gaza.
Sementara itu, 200 tahanan Palestina yang dibebaskan meninggalkan penjara militer Ofer di Tepi Barat dengan bus, disambut oleh kerumunan besar di Ramallah.
Menurut kesepakatan gencatan senjata, Hamas berkomitmen membebaskan 33 sandera perempuan, anak-anak, lansia, sakit, dan terluka dalam tahap pertama, sementara Israel akan membebaskan 30 tahanan untuk setiap warga sipil dan 50 tahanan untuk setiap tentara yang dibebaskan.
Sebagian dari 200 tahanan Palestina yang dibebaskan pada Sabtu termasuk anggota militan yang dihukum atas serangan mematikan. Sebanyak 70 dari mereka dideportasi ke Mesir, dengan kemungkinan dikirim ke Turki, Qatar, atau Aljazair. Sisanya dibebaskan ke Gaza dan Tepi Barat.
Meskipun gencatan senjata yang dimediasi oleh Qatar dan Mesir telah menghentikan pertempuran untuk pertama kalinya dalam lebih dari setahun, ketegangan masih tinggi.
Sejak awal perang pada Oktober 2023, lebih dari 47.000 warga Palestina di Gaza tewas, menurut otoritas kesehatan setempat, sementara Israel melaporkan lebih dari 400 tentaranya tewas dalam pertempuran di Gaza.
Sementara itu, keluarga sandera yang masih ditahan khawatir gencatan senjata akan runtuh sebelum pembebasan mereka. Sebagian warga Israel mendesak agar pertempuran dilanjutkan untuk mencegah Hamas kembali menguasai Gaza. Hamas, di sisi lain, menyatakan bahwa pembebasan semua sandera hanya akan terjadi jika perang benar-benar berakhir.
Dengan 90 sandera masih berada di Gaza, negosiasi lebih lanjut menjadi kunci untuk menentukan masa depan gencatan senjata ini serta potensi resolusi konflik yang telah berlangsung lama.