ABNnews — Tahap pertama kesepakatan gencatan senjata antara Israel-Hamas, berupa pertukaran tawanan menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi Menteri Luar Negeri Turki, Hakan Fidan.
Diketahui Israel dan Hamas sepakat melakukan pertukaran tawanan yang akan berlangsung selama 42 hari sebagai bentuk gencatan senjata. S<span;>ebanyak 33 tawanan Israel akan dibebaskan dengan imbalan sekitar 1.700-2.000 tahanan Palestina.
Dalam sebuah konferensi pers bersama dengan Menlu Mesir Badr Abdelatty di Ankara, Hakan Fidan menyatakan kekhawatiran tentang apa yang mungkin dilakukan pemerintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu setelah pertukaran tawan selesai dilakukan.
“Pada hari Minggu, saya mengadakan pertemuan di Doha dengan anggota Biro Politik Hamas. Gerakan tersebut tidak ragu untuk memenuhi persyaratan perjanjian gencatan senjata,” ucap Hakan Fidan
“Namun, ada pertanyaan di seluruh dunia tentang bagaimana pemerintah Netanyahu akan bersikap setelah pembebasan tahanan Israel,” sambung dia.
Hakan Fidan mendesak masyarakat internasional mengambil sikap bersatu dalam mencegah Netanyahu memulai kembali apa yang dia gambarkan sebagai “genosida” untuk keuntungan politik.
Ia juga menyuarakan penentangan keras terhadap segala upaya mengusir warga Palestina dari tanah air mereka, merujuk pada usulan Presiden Amerika Serikat (AS) Trump bahwa mereka harus “dipindahkan” ke Yordania dan Mesir.
Senada dengan Fidan, Hamas juga mengecam pernyataan berulang dari Amerika Serikat tentang pemindahan warga Palestina dari Gaza dengan menyebutnya tidak masuk akal dan tidak berarti.
Pemimpin Senior Hamas, Sami Abu Zuhri, menyampaikan bahwa pengumuman berulang dari AS tentang pemindahan warga Palestina dari Jalur Gaza dengan dalih pembangunan kembali mencerminkan keterlibatan yang terus-menerus dalam kejahatan tersebut.
Pemimpin Hamas tersebut menganggap desakan pemerintahan AS terhadap rencana pemindahan warga Palestina dari Gaza sebagai “resep” untuk kekacauan dan ketegangan lebih lanjut di kawasan.
Pada Jumat, Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa dia yakin Mesir dan Yordania akan menerima warga Palestina dari Jalur Gaza, menekankan kembali pernyataan sebelumnya mengenai isu tersebut.