ABNnews – Pernyataan Ketua Umum Partai Golkar Bahlil Lahadalia terkait “Raja Jawa” di dalam pidato perdananya setelah resmi terpilih sebagai Ketum Golkar yang baru pengganti Airlangga Hartarto memantik sejumlah pihak berspekulasi. Ada pihak yang menyebut Raja Jawa yang dikatakan Bahlil adalah Joko Widodo (Jokowi) yang saat ini menjabat Presiden RI.
“Pernyataan Bahlil terkait dengan Raja Jawa menunjukkan gaya cara berfikirnya memandang pemerintah dan pemimpin saat ini,” ujar Fernando Ersento Maraden Sitorus, Direktur Rumah Politik Indonesia kepada ABNnews, Selasa (10/9/2024).
Menurutnya, Raja Jawa yang dimaksud oleh Bahlil, bukanlah yang sesungguhnya. Namun Raja Jawa yang dimaksud Bahlil adalah Presiden Joko Widodo. Bahlil menyatakan demikian karena keberhasilan Bahlil menduduki jabatan Ketua Umum Partai Golkar karena ada campur tangan Jokowi seperti informasi yang beredar di publik.
“Pernyataan Bahlil seolah ingin membenarkan penilaian dari berbagai pihak selama ini bahwa Jokowi seperti memposisikan sebagai Raja dalam memimpin Indonesia,” jelasnya.
Fernando menilai Raja Jawa yang dimaksud Bahlil adalah Jokowi, tebukti bagaimana upaya dalam menempatkan keluarga atau orang-orang terdekat Jokowi dalam pemerintahan. Oleh karena iitu perlu tetap waspada bagi para kader Partai Golkar terhadap keberadaan Bahlil sebagai Ketum Golkar karena sangat mungkin akan terus menjalankan agenda Rajanya didalam partai berlambang pohon beringin tersebut.
“Sebaiknya Prabowo Subianto untuk mencermati dan mengambil sikap terhadap Bahlil yang tentu akan lebih loyal dan menjalankan agenda Jokowi sebagai Rajanya dibandingkan mau bekerjasama dan loyal kepada Prabowo sebagai Presiden,” tandasnya.
Terkait apakah Jokowi juga sebagai Raja Tega, Fernando memaparkan, jika mencerna apa yang dikatakan Bahlil terkait dengan Jokowi sosok Raja Jawa, maka hal itu sesuai dengan kenyataan selama ini. Karena saat ini Jokowi tega melakukan berbagai hal termasuk mengkhianati Megawati dan PDI Perjuangan yang telah membesarkannya sampai menjadi Presiden selama 2 periode.
“Termasuk memaksa Airlangga Hartarto mundur dari Ketum Partai Golkar yang sudah mendukung Gibran menjadi Cawapres Prabowo Subianto. Termasuk merubah konstitusi untuk mengakomodir Gibran, anaknya bisa duduk dalam pemerintahan seperti pada perubahan persyaratan capres dan cawapres serta terakhir yang menginginkan adanya perubahan UU Pilkada terkait persyaratan calon kepala daerah,” tegasnya.
Setelah ramai dikomentari berbagai pihak, Ketua Umum Partai Golkar Bahlil Lahadalia merespons mengenai siapa “Raja Jawa” yang dimaksudnya bisa membuat celaka jika berani bermain-main dengannya. Bahlil mengaku hanya bercanda mengenai “Raja Jawa”. Dia tidak membeberkan siapa Raja Jawa yang dimaksud.
“Oh enggak, itu candaan politik saja. Candaan-candaan politik itu. Bukan statement politik ya,” ujar Bahlil di JCC, Senayan, Jakarta, Rabu (21/8/2024) malam. “Canda-canda politik,” ujar dia.
Sebelumnya, Ketua Umum Partai Golkar Bahlil Lahadalia menyinggung “Raja Jawa” di dalam pidato perdananya setelah resmi terpilih sebagai Ketum Golkar yang baru pengganti Airlangga Hartarto. Bahlil meminta para kader tidak bermain-main dengan “Raja Jawa” jika tidak ingin celaka.
Hal tersebut Bahlil sampaikan dalam Munas ke-11 Golkar di JCC, Senayan, Jakarta, Rabu (21/8/2024). “Jadi kita harus lebih paten lagi, soalnya Raja Jawa ini kalau kita main-main, celaka kita. Saya mau kasih tahu saja, jangan coba-coba main-main barang ini. Waduh ini ngeri-ngeri sedap barang ini, saya kasih tahu,” ujar Bahlil.
Ia lantas mengungkit dampak jika ada pihak yang mencoba main-main dengan si Raja Jawa. Akan tetapi, Bahlil ogah membukanya di depan umum. “Sudah waduh ini, dan sudah banyak, sudah lihat kan barang ini kan? Ya tidak perlu saya ungkapkanlah. Enggak perlu,” ucap dia.***
Bagus Iswanto