ABNnews – Beredar potongan video sekelompok masyarakat Betawi mendatangi kantor DPP PKS, Jakarta. Dalam aksinya mereka meminta agar PKS tetap konsisten mendukung Anies Baswedan di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta.
Alasannya, masyarakat Jakarta, khususnya Betawi merasakan mendapatkan kesejahteraan ketika Anies memimpin DKI Jakarta.
Ketua Yayasan ASA Indonesia, Syamsuddin Alimsyah mengatakan, dengan adanya permintaan masyarakat Betawi agar PKS mendukung Anies di Pilkada DKI Jakarta, maka sesungguhnya ada yang terputus mandat konstituen kepada partai politik. Apalagi pemilu 2024 adalah murni pemilu legislatif maka sejatinya hasil pemilu tidak bisa dijadikan dasar syarat dukungan untuk pilkada.
“Menggunakan hasil Pemilu 2024 secara sepihak adalah bentuk pembajakan aspirasi konstituen oleh parpol,” ujar Syamsuddin Alimsyah di Jakarta, Minggu (18/8/2024).
Mantan peneliti senior Komite Pemantau Legislatif (KOPEL) ini menegaskan, dengan adanya dukungan dari masyarakat Betawi agar PKS mendukung Anies maka seharusnya parpol yang menjaga nilai – nilai moralitas dan kejujuran merawat aspirasi konstituen. Dengan menjaga moralitas dan kejujuran maka harusnya PKS tidak akan pernah mau mengambil keputusan yang bertentangan konstituennya.
“Meski demikian jika ada partai tetap abai dan menganggap hak otoritasnya menentukan kandidat tentu tidak bisa disoal. Ini artinya sama juga menjadi hak merdeka bagi publik mencabut dukungan politiknya dan mengalihkan aspirasinya kepada partai lain di pemilu berikutnya,” jelasnya.
Subhan Akbar, dari Forum CIVITAS juga mengatakan, pada dasarnya PKS akan berat meninggalkan Anies. Dengan meninggalkan Anies maka pertimbangan dan konsekuensi politik yang bakal diterima PKS sangat besar. Hal itu dibuktikan dengan adanya sekelompok masyarakat Betawi yang berharap PKS tetap mendukung Anies di Pilkada 2024.
“Sekiranya PDIP dan PKB jadi berkoalisi di pilkada Jakarta, mengusung pasangan Anies Baswedan – Rano Karno, maka seketika itu pula posisi PKS menjadi tidak strategis bagi koalisi manapun,” jelasnya.
Subhan memaparkan, gelar sebagai partai pemenang pemilu legislatif DPRD Jakarta menjadi tidak berarti apa-apa karena tanpa PKS masing-masing koalisi sudah memenuhi syarat minimal kursi untuk mengajukan pasangan bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur. Alhasil PKS akan gamang menentukan langkah untuk meminimalisasi risiko politik yang akan diterima.
“Pada titik ini PKS akan menjadi serba salah. Terus maju bergabung ke KIM akan dihujat netizen dan pendukungnya, balik kembali mendukung Anies belum tentu diterima dan bila tidak bisa gabung kemana-mana maka PKS akan dicap sebagai partai pecundang. Karena meski menang pileg tapi tidak bisa ikut mencalonkan tokoh berlaga di pilkada Jakarta. Ini akan menjadi sejarah kelam PKS,” paparnya.
Subhan menilai, apa yang dialami PKS saat ini setidaknya menggambarkan satu hal besar yang sangat mendasar, yakni elit PKS tidak cakap membaca gambar besar konstalasi politik Jakarta dan nasional yang sangat dinamis dan berwarna. Elit PKS cenderung mudah diiming-imingi janji politik tanpa menimbang rasionalitas objektifnya.
“Akibatnya dalam banyak transaksi politik keberadaan PKS sekedar pelengkap penderita. Ikut syukur, tidak ikut tidak apa-apa,” bebernya.
Contoh dalam pilkada Jakarta saat ini, sambung Subhan, beberapa elit PKS membayangkan partai – partai koalisi perubahan akan mendukung pencalonan Anies-Sohibul Iman (AMAN) sebagai bacagub dan bacawagub setelah dalam pilpres sebelumnya PKS legowo tidak dilibatkan dalam penetapan capres dan cawapres yang akan didukung oleh Koalisi Perubahan.
“Elit PKS mengkhayal setelah pilpres lalu akan mendapat giliran mendapat dukungan dari PKB dan Nasdem untuk memajukan tokohnya di pilkada Jakarta. Karena itu tanpa prolog yang cukup PKS segera tancap gas mendeklarasikan pasangan AMAN. Sialnya setelah AMAN dideklarasikan sikap PKB dan Nasdem kompak: tidak merasa terikat komitmen politik untuk mendukung kepentingan partai koalisinya,” paparnya.
Lebih lanjut Subhan mengatakan, dengan kondisi saat ini maka PKS seperti terjebak pada skenarionya sendiri. Namun demikian, lanjut Subhan, ada solusi yang bisa dilakukan PKS. Yakni, PKS harus menimbang ulang keputusannya bergabung di koalisi pendukung oligarki. PKS tidak harus ngotot untuk mendapatkan jatah Cawagub agar kebuntuan politik ini bisa selesai dengan baik untuk gerakan perubahan.
“Toh, selama ini PKS selalu mengklaim sebagai partai dakwah. Partai yang mengedepankan kepentingan umat dari pada kepentingan kelompok jangka pendek,” tandasnya.
Subhan menyebut, dengan berrlabuh di KIM juga tidak menjamin PKS bisa mendapatkan kursi Wakil Gubernur yang diidam-idamkan. Pertimbangannya, kalau koalisi Anies-Rano jadi terbentuk, maka potensi elektabilitasnya sangat tinggi dibanding RK-Suswono. Apalagi tingkah pemilih di DKI Jakarta juga cukup rasionalitas.
“Ini Jakarta, Bung. Tingkat rasionalitas pemilihnya cukup tinggi,” tegasnya.
Diketahui dalam potongan video yang viral, sekelompok Masyarakat Betawi mendatangi DPP PKS. Kedatangan mereka ke partai berwarna dasar oranye – hitam itu untuk menyerahkan mandat agar PKS tetap mendukung mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di Pilgub DKI. Sayangnya, pertemuan dengan DPP PKS akhirnya tidak terjadi.
Ketua Organisasi Masyarakat Pengacara Jawara Bela Umat (Pejabat), Eka Jaya, berharap PKS tidak tergiur tawaran untuk bergabung ke Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus di Pilgub DKI.
“Mudah-mudahan PKS tetap konsisten, tetap istikamah, dan semoga tidak tergiur dengan hal-hal itu [tawaran bergabung dengan KIM Plus],” ujar Eka Jaya di Kantor DPP PKS, Jakarta Selatan, Sabtu (10/8/2024).
Ia mengatakan, warga Jakarta merasakan manfaat selama kepemimpinan Anies. Sehingga, ia berharap Anies bisa kembali maju dan memenangkan Pilgub DKI.
“Kita warga Jakarta khususnya warga Betawi berharap benar Pak Anies bisa memimpin lagi. Karena terasa sekali selama Beliau memimpin kemarin sangat dirasakan manfaatnya itu. Tidak ada lain tidak ada bukan kemauan pribadi dari Pak Anies, tapi kita rakyat-rakyat Jakarta orang Betawi yang mengharapkan Beliau memimpin lagi,” kata Eka.
Menurut Eka, PKS selama ini sudah mempertahankan posisinya sebagai oposisi pemerintah. Sehingga, ia berharap PKS dapat terus mendukung Anies di Pilgub DKI.
“Jadi itu semuanya datang kemari itu untuk memberikan support, dukungan, ucapan terima kasih yang sudah diberikan PKS sama Pak Anies yang sudah mencalonkan dengan Pak Sohibul Iman. Cuma karena memang belum nge-klik dengan partai yang lain kita bersabar lah. Kita juga mengharapkan itu,” ujarnya.
Selain itu, penyerahan mandat dari Masyarakat Betawi ke PKS sedang dalam tahap konsolidasi. Penyerahan ini sebagai bentuk dukungan dan rasa terima kasih dari Masyarakat Betawi kepada PKS dan Anies Baswedan.
“Hari ini. Lagi dikonsolidasikan ke dalam (PKS). Rencananya nanti kami akan memberikan support, dukungan, dan ucapan terima kasih kepada PKS dan Anies Baswedan yang sudah mencalonkan diri dengan Pak Sohibul Iman,“ pungkas Eka.***