ABNnews — Aksi <span;>Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben Gvir memimpin ribuan warga Israel memasuki kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem, tak hanya mengundang kecaman dari dunia internasional tapi juga sekutu terdekat mereka, Amerika Serikat (AS).
Ben Gvir dan ribuan warga Israel melaksanakan ibadah di kompleks Masjid Al-A1sa untuk memperingati Tisha B’Av, hari puasa tahunan Yahudi. Aksi itu dinilai sebagai bentuk provokasi. AS bahkan mengutuk keras tindakan tersebut.
“Amerika Serikat dengan tegas menentang kunjungan Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir, ke Haram al-Sharif/Temple Mount pada 13 Agustus 2024. Kunjungan ini menunjukkan ketidakpedulian yang mencolok terhadap status quo bersejarah terkait tempat-tempat suci di Yerusalem,” kata Menlu, Antony Blinken.
“Aksi provokatif seperti ini hanya memperburuk ketegangan pada momen penting, di mana semua perhatian seharusnya difokuskan pada upaya diplomatik yang sedang berlangsung untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata, membebaskan semua sandera, dan menciptakan kondisi untuk stabilitas regional yang lebih luas,” tambah Blinken.
Blinken menekankan, kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah menyatakan bahwa tindakan Ben-Gvir “tidak sesuai” dengan kebijakan Israel. Ia juga mengatakan bahwa AS akan meminta pemerintah Israel untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.
“Amerika Serikat menegaskan kembali komitmen kami untuk menjaga status quo bersejarah dan akan terus menentang langkah-langkah sepihak yang kontraproduktif terhadap perdamaian dan stabilitas serta merusak keamanan Israel,” tegas Blinken.
Kompleks Masjid Al-Aqsa merupakan situs tersuci ketiga dalam Islam dan simbol identitas nasional Palestina. Namun, tempat ini juga merupakan tempat tersuci dalam agama Yahudi, dihormati sebagai kuil kuno yang dihancurkan oleh Romawi pada tahun 70 Masehi.
Meskipun umat Yahudi dan non-Muslim lainnya diizinkan untuk mengunjungi kompleks masjid tersebut pada jam-jam tertentu, mereka tidak diizinkan untuk berdoa atau menampilkan simbol-simbol keagamaan.
Dalam beberapa tahun terakhir, pembatasan tersebut makin kerap dilanggar oleh kelompok nasionalis religius garis keras, seperti Ben Gvir contohnya.