ABNnews — Program magang bukan sekadar fase pembelajaran teknis, melainkan titik transisi penting menuju dunia kerja yang sesungguhnya. Pesan tersebut mengemuka dalam kegiatan Pembekalan dan Pelepasan Lulusan Magang PT Pelindo Multi Terminal (SPMT) Desember 2025 yang digelar di Medan, Senin (15/12/2025).
Kegiatan ini diikuti oleh 71 peserta magang yang berasal dari berbagai unit kerja SPMT. Para peserta merupakan mahasiswa dari 12 perguruan tinggi di berbagai wilayah Indonesia, mencerminkan keberagaman latar belakang akademik dan geografis.
Salah satu peserta magang, Eva, mengungkapkan bahwa program magang memberikan pengalaman nyata dalam menghadapi dinamika dunia kerja, mulai dari pengelolaan tanggung jawab, manajemen waktu, hingga kepemimpinan dalam tim. Lingkungan kerja yang kolaboratif dan suportif dinilai turut membentuk kepercayaan diri serta kesiapan dirinya untuk memasuki dunia profesional.
Dalam kegiatan tersebut, Direktur SDM PT Pelindo Multi Terminal, Edi Priyanto, menegaskan bahwa berakhirnya masa magang bukanlah akhir perjalanan, melainkan awal dari proses panjang membangun karakter, profesionalisme, serta makna kontribusi di dunia kerja.
“Hari ini bukan sekadar perpisahan. Ini adalah titik transisi dari belajar, bertumbuh, hingga memberi makna. Tidak semua perjalanan hidup dimulai dengan peta yang jelas, tetapi langkah yang jujur akan selalu menemukan jalannya,” ujarnya di hadapan para lulusan magang.
Ia mengajak para peserta memahami realitas dunia kerja secara lebih dewasa. Menurutnya, tidak semua hasil, waktu, dan kesempatan berada dalam kendali individu. Namun, setiap orang selalu memiliki kendali atas sikap, integritas, dan kualitas kontribusi yang diberikan.
“Kita adalah pemanah, bukan pengatur angin. Jangan berhenti membidik hanya karena panah belum tepat sasaran. Tugas kita adalah belajar sungguh-sungguh, bekerja jujur, dan berkontribusi sebaik mungkin,” tegasnya.
Pesan tersebut disampaikan sebagai bekal mental bagi generasi muda untuk menghadapi dunia kerja yang semakin dinamis, penuh perubahan, dan tidak selalu memberi apresiasi secara instan.
Dari sisi akademik, Dekan Fakultas Sains Komputasi dan Kecerdasan Digital Universitas Panca Budi, Rian Farta Wijaya, menilai program magang sebagai wujud nyata kesetaraan kesempatan belajar bagi mahasiswa di luar kampus. Menurutnya, kolaborasi antara perguruan tinggi dan dunia industri menjadi kunci dalam menyiapkan lulusan yang adaptif, relevan dengan kebutuhan industri, serta memiliki pengalaman praktis yang kuat. Ia juga berharap kerja sama magang dapat terus berlanjut di masa mendatang.
Sementara itu, Riyanto Sinaga, dosen pembimbing dari Universitas Sumatera Utara, menyampaikan bahwa program magang berjalan dengan baik dan memberikan nilai tambah signifikan bagi mahasiswa. Di tengah berkurangnya kuota magang mitra pada skema kementerian, keberlanjutan kerja sama dengan mitra industri dinilai sangat penting. Program ini juga berkontribusi langsung terhadap Indikator Kinerja Utama (IKU) perguruan tinggi, dengan pengakuan akademik hingga 20 SKS atau minimal 900 jam kegiatan, serta tanpa adanya laporan kecelakaan kerja selama pelaksanaan program.
Dalam pembekalan tersebut, Edi juga menyoroti pentingnya kecerdasan emosional dan kedewasaan sikap sebagai fondasi utama profesionalisme. Ia menekankan bahwa dunia kerja cenderung lebih lama mengingat sikap dan integritas seseorang dibandingkan angka indeks prestasi akademik.
“Emosi yang terkelola adalah bagian dari profesionalisme. Ada kritik yang perlu dijawab, ada situasi yang cukup dihadapi dengan kedewasaan. Dalam banyak hal, sikap tenang sering kali lebih kuat daripada reaktif,” ungkapnya.
Ia menambahkan, tidak semua tantangan harus dihadapi dengan perlawanan terbuka. Dalam banyak situasi, integritas dan konsistensi hasil kerja justru akan berbicara lebih lantang daripada perdebatan.
Salah satu pesan yang mendapat perhatian peserta adalah filosofi tentang keikhlasan dalam bekerja dan memberi. Menurutnya, dunia kerja tidak selalu berjalan linier dengan harapan.
“Kerja keras tidak selalu langsung diapresiasi, dan kebaikan tidak selalu dibalas. Karena itu, fokuslah pada kualitas kontribusi, bukan pada pengakuan semata. Jejak kebaikan sering kali tertinggal di hati orang, bukan di laporan,” katanya.
Ia menilai sikap tersebut penting untuk menjaga kesehatan mental sekaligus keberlanjutan karier dalam jangka panjang.
Menutup pembekalannya, Edi mengingatkan bahwa dunia kerja tidak membutuhkan pribadi yang sempurna, melainkan insan yang tulus, tangguh, dan mau terus belajar.
“Karier bukan lomba sprint, melainkan perjalanan panjang. Jangan membandingkan perjalananmu dengan orang lain. Tujuan boleh sama, jalan bisa berbeda. Fokuslah pada pertumbuhan diri,” pesannya.
Ia berharap nilai-nilai yang diperoleh selama menjalani program magang di SPMT dapat terus tumbuh dan hidup bersama para lulusan, di mana pun mereka berkarya kelak.
“Kalian mungkin meninggalkan perusahaan ini hari ini, tetapi semoga nilai yang kalian pelajari tumbuh bersama kalian di mana pun berada,” pungkasnya.













