ABNnews — Dua pekan pascabencana banjir bandang, sebagian besar wilayah di Kabupaten Aceh Tamiang hingga Kamis (11/12), masih gelap tanpa penerangan listrik.
Janji yang sempat dilontarkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia bahwa kelistrikan di Aceh bakal pulih hingga 93 persen tidak terbukti.
Warga terpaksa hidup dan bertahan di tengah situasi yang gelap dengan menggunakan kayu bakar atau api seadanya.
Listrik hanya menyala di sejumlah titik di Kecamatan Kuala Simpang, Ibu kota Aceh Tamiang. Melansir dari cnnindonesia, beberapa Rumah dan Ruko hingga Kantor dari jembatan sungai Tamiang hingga melewati Mapolres Aceh Tamiang pada Rabu (10/12) malam. Selebihnya, masih banyak pemukiman warga yang terlihat gelap di sepanjang kedua lokasi ini.
Kondisi itu membuat warga membakar papan bekas dari rumah-rumah yang ambruk diterjang banjir, untuk penerangan. Salah seorang warga bernama Dedy mengungkapkan kondisi gelap gulita sudah terjadi sejak awal banjir.
Listrik baru menyala beberapa hari terakhir. Ia mengatakan sejumlah warga terpaksa membakar kayu untuk penerangan hingga memasak. “Sejak awal memang mati lampu, gelap kalau malam, makanya banyak yang bakar kayu, ada juga buat lampu dari botol minuman,” ungkap Dedy, Kamis (11/12).
Sementara itu, Kabag Protokol dan Komunikasi Pimpinan Setda Aceh Tamiang Zuwan Fakhri tidak membantah soal listrik masih padam di mayoritas wilayah Aceh Tamiang.
Pemkab disebut telah meminta PLN mempercepat agar listrik kembali menyala. “Udah kita minta PLN bisa nyalakan semua secepatnya,” kata Zuwan Fakhri melalui pesan singkat pada Kamis (11/12).
Sebelumnya, Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia sempat melontarkan keyakinan bahwa kelistrikan di Aceh akan pulih hingga 93 persen.
Keyakinan itu dilontarkan Bahlil saat meninjau loksasi bencana bersama Presiden Prabowo, Senin (08/12). Saat itu Bahlil optimistis pasokan listrik di Aceh akan segera pulih sebab secara fisik sudah dilakukan perbaikan, hanya tinggal menyambung secara sistem.
Namun ucapan Bahlil tidak terbukti di lapangan. Terkait itu, pada Senin (09/12), Bahlil menyatakan permintaan maaf. Ia menuturkan banyak tantangan yang harus dihadapi dalam memperbaiki sistem kelistrikan di wilayah terdampak bencana longsor dan banjir, sehingga proses pemulihan memerlukan waktu lebih panjang.
“Saya yakin dan percaya bahwa pasti masih banyak kekurangan, pasti masih terjadi hal-hal yang tidak pernah kita perkirakan terjadi di lapangan,” ujar Bahlil.
“Karena itu, sebagai pemerintah juga ikut prihatin yang sedalam-dalamnya, dan kalau ada yang memang belum maksimal kami memberikan pelayanan, kami memohon maaf,” katanya.
Nadzar Lendi













