banner 728x250

Kemenperin Bongkar Fakta Gelap Otomotif! Jual EV Melejit, Tapi Penjualan Mobil Ekonomi Anjlok 40 Persen

Ilustrasi (Foto: Antara)

ABNnews – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) blak-blakan mengenai kondisi riil industri otomotif nasional yang dinilai sangat membutuhkan insentif. Penilaian ini menepis anggapan industri otomotif sedang kuat, yang selama ini hanya diukur dari kenaikan penjualan kendaraan listrik (EV) impor.

Juru Bicara Kemenperin, Febri Hendri Antoni Arief, menegaskan bahwa indikator pertumbuhan EV adalah keliru untuk menggambarkan kesehatan industri secara keseluruhan.

“Jadi, keliru jika kita menyatakan industri otomotif sedang dalam kondisi kuat dengan hanya mengandalkan indikator pertumbuhan kendaraan pada segmen tertentu,” ujar Febri, Minggu (30/11/2025).

73 Persen EV Impor, Segmen Low Anjlok 40%!

Febri membeberkan fakta mengejutkan, dari total penjualan EV 69.146 unit (Oktober 2024–Januari 2025), 73 persen di antaranya merupakan kendaraan EV impor. Artinya, produksi dan penyerapan tenaga kerja terjadi di negara lain.


Sementara itu, segmen kendaraan yang diproduksi di dalam negeri dan menjadi tulang punggung industri nasional justru mengalami penurunan penjualan tajam.


Data Kemenperin (Ditjen ILMATE) menunjukkan penjualan wholesales mobil (Jan-Okt 2025) turun 10,6%. Angka anjlok paling dalam terjadi pada segmen yang menyasar kelas menengah-bawah. Segmen Entry (<Rp 200 juta): Anjlok 40%, Segmen Low (Rp 200–400 juta): Meroket turun 36%, dan Segmen Komersial: Turun 23%.


"Penurunan paling dalam terjadi pada segmen kendaraan yang justru menjadi tulang punggung industri otomotif nasional," tegasnya.

Insentif Krusial Cegah PHK, Bidik TKDN & Kelas Menengah-Bawah!

Pelemahan pasar yang simultan ini, menurut Febri, dapat berakibat pada penurunan utilisasi pabrik, investasi, serta berpotensi mengancam lapangan kerja di industri otomotif dan sektor komponen.

Kemenperin menegaskan insentif menjadi instrumen krusial untuk memulihkan pasar dan menjaga keberlangsungan industri nasional. Usulan insentif Kemenperin akan mengarah ke segmen Kelas Menengah-Bawah dan berdasarkan nilai TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri).


Dukungan pun datang dari komunitas. Ketua Dewan Pengawas Calya Sigra Club (Calsic), Ryan Cayo, menilai insentif adalah stimulus untuk menjaga daya beli masyarakat.

Ia menyebut, ketidakpastian kebijakan justru berimbas ke psikologi pasar dan membuat konsumen menunda pembelian.

“Komunitas melihat bahwa wacana insentif idealnya tidak hanya dilihat sebagai ‘diskon’ bagi industri, tetapi sebagai stimulus untuk menjaga daya beli masyarakat,” kata Cayo.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *