banner 728x250

Airlangga Warning! AI Bisa Ciptakan Ketimpangan Baru Kalau Tak Dikendalikan

Menko Airlangga dalam acara Indonesia AI Day for Financial Industry 2025 di Jakarta, Kamis (27/11).

ABNnews – Di tengah ketidakpastian ekonomi global, Indonesia masih menunjukkan daya tahan ekonomi yang kuat. Pada triwulan III-2025, ekonomi nasional tercatat tumbuh 5,04% (yoy). Pemerintah optimistis pertumbuhan bisa lebih tinggi pada triwulan IV-2025, yaitu di kisaran 5,4–5,6%.

Optimisme ini didukung sejumlah stimulus seperti bantuan sosial, bantuan langsung tunai kesejahteraan rakyat, serta realisasi percepatan belanja pemerintah. Tidak hanya fokus jangka pendek, pemerintah juga telah menyiapkan strategi pertumbuhan ekonomi jangka menengah dengan target ambisius: pertumbuhan 8% pada tahun 2029.

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan bahwa teknologi digital, terutama Artificial Intelligence (AI), kini menjadi salah satu sektor strategis yang banyak dibahas dalam forum global termasuk G20.

Menurutnya, perkembangan AI saat ini masih dikuasai oleh segelintir negara dan korporasi raksasa dunia. Hal ini disebut dapat menciptakan gap baru dalam kesenjangan pengetahuan dan ekonomi.

“AI ini sekarang masih dikuasai oleh few companies dan few nations. Kalau tidak dikendalikan, AI bisa memperbesar ketidaksetaraan,” ujar Airlangga dalam acara Indonesia AI Day for Financial Industry 2025 di Jakarta, Kamis (27/11).

Airlangga mengatakan era digital sudah menghasilkan cryptocurrency, algoritma canggih, hingga otomatisasi yang semakin mengubah struktur ekonomi. Karena itu, Indonesia harus memastikan pemanfaatan AI memberikan pemerataan, bukan justru menimbulkan digital divide baru.

Pemerintah Siapkan Roadmap AI Nasional

Untuk mengantisipasi dinamika tersebut, pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Digital sedang menyusun Peta Jalan Nasional AI. Tujuannya membentuk arah, standar, serta regulasi pemanfaatan AI dalam pembangunan ekonomi Indonesia.

Laporan Sea-conomy 2025 menunjukkan ekonomi digital Indonesia tumbuh dengan kecepatan tinggi. Nilai Gross Merchandise Value (GMV) 2025 diproyeksikan mendekati USD 100 miliar, dengan sektor e-commerce menjadi pendorong utama.

Sementara aplikasi berbasis AI mencatatkan lonjakan pendapatan hingga 127%, dan survei PwC (2023) menunjukkan 56% pekerja Indonesia percaya AI meningkatkan produktivitas. Dengan tren tersebut, Indonesia kini menjadi pasar AI terbesar ke-4 di Asia.

Indonesia juga aktif dalam integrasi ekonomi digital regional melalui ASEAN DEFA yang menargetkan nilai ekonomi digital ASEAN mencapai USD 2 triliun pada 2030. Perundingan terbaru telah memasuki putaran ke-15 dengan target finalisasi pada awal 2026. Selain itu, kesepakatan IEU-CEPA memperluas ruang kerja sama perdagangan digital antarnegara.

World Bank menyebut keberhasilan implementasi AI ditentukan empat pilar utama: Connectivity, Compute, Context dan Competency


Sejalan dengan itu, Indonesia mempercepat pembangunan infrastruktur digital seperti fiber optik, BTS, 4G–6G, serta memperkuat akselerasi pembangunan data center, termasuk yang berbasis energi hijau.

Airlangga menyebut Indonesia punya daya tawar yang kuat: lahan luas, sumber energi, dan suplai air yang memadai — menjadikan Indonesia kandidat potensial sebagai hub data center Asia Tenggara.

Transformasi digital sektor keuangan juga dipercepat. Pemanfaatan Small AI didorong untuk layanan keuangan mikro, UMKM, dan perbankan digital agar dapat diakses lebih inklusif.

QRIS juga menjadi bukti nyata digitalisasi finansial. Per Juni 2025, transaksi QRIS tumbuh 148% (yoy) dan kini digunakan lebih dari 39 juta merchant dan 58 juta pengguna.

Airlangga menegaskan, transformasi AI harus memastikan keadilan dan tidak meninggalkan kelompok masyarakat tertentu.

“AI harus bermanfaat untuk semua. AI untuk keadilan, AI untuk kesejahteraan, dan AI yang membuat ekonomi lebih resilien,” kata Airlangga.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *