ABNnews – Pangandaran digegerkan oleh temuan mengejutkan dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora). Sejumlah siswa SMP di dua kecamatan dilaporkan terindikasi terjangkit HIV/AIDS setelah melalui pemeriksaan kesehatan oleh pihak Puskesmas. Yang membuat publik semakin heboh, sebagian besar kasus disebut melibatkan kelompok laki-laki suka laki-laki (LSL).
Kepala Disdikpora Pangandaran, Soleh Supriadi, membenarkan kabar tersebut.
“Kabarnya ada siswa setelah dilakukan pemeriksaan kesehatan oleh Puskesmas terindikasi HIV/AIDS,” ujarnya melalui pesan WhatsApp, Rabu (19/11/2025).
Soleh menjelaskan bahwa data lengkap tengah dikumpulkan oleh Dinas Kesehatan. Namun ia menilai fenomena ini tidak bisa dilepaskan dari pengaruh besar media sosial yang semakin tak terkendali terhadap pola pikir dan perilaku remaja.
Menurutnya, perubahan budaya dan karakter peserta didik memang sangat dipengaruhi oleh cepatnya perkembangan teknologi.
“Kami sangat konsen menjaga perilaku budaya dan karakter peserta didik, baik tingkat SD maupun menengah,” ujarnya.
Yang lebih mengkhawatirkan, fenomena ini diduga sudah terjadi cukup lama, namun baru tampak meningkat dua bulan terakhir.
Soleh mengungkapkan pihaknya bahkan sudah melakukan sosialisasi di dua kecamatan yang dianggap memiliki potensi kasus serupa: Mangunjaya dan Padaherang.
Menyikapi situasi ini, Disdikpora langsung bergerak cepat berkoordinasi dengan para kepala Puskesmas, organisasi wilayah, MKKS, PGRI, dan berbagai lembaga terkait.
“Kita nyatakan perang terhadap penyebaran HIV/AIDS dan perilaku menyimpang LSL, terutama di kalangan pelajar,” tegas Soleh.
Ia juga menyoroti derasnya arus konten media sosial yang semakin sulit dikendalikan.
“Banyak yang tidak bijak dan akhirnya menjerumuskan peserta didik melakukan hal-hal di luar norma,” katanya.
Di kesempatan lain, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Pangandaran, dr. Rina Veriany, mengungkapkan data terbaru: 35 kasus positif HIV/AIDS ditemukan sepanjang Januari–September 2025.
“Semua kasus HIV paling banyak diderita LSL,” ujarnya.
Namun Rina belum bisa mengungkapkan berapa banyak kasus yang berasal dari jenjang SMP dan SMA. Yang jelas, ia menegaskan bahwa penularan HIV paling umum terjadi melalui hubungan seksual berisiko, terutama pada individu yang sering berganti pasangan, serta melalui paparan darah.
Fenomena ini pun kembali memantik perhatian publik. Bagaimana HIV bisa masuk dan menyebar di kalangan pelajar? Apa yang luput dari pengawasan selama ini? Dan apakah kasus serupa juga terjadi di daerah lain?
Pertanyaan-pertanyaan itu kini menjadi PR besar bagi pemerintah daerah, sekolah, orang tua, dan masyarakat luas.













