banner 728x250

Antisipasi Serangan Cybercrime, AirNav Indonesia Siapkan Tim Hacker

Direktur Keselamatan, Keamanan dan Standar AirNav Indonesia, Capt. Nur Cahyo Purnomo (kiri) bersama Direktur Operasi Setio Anggoro (kanan) di Ciwidey, Bandung. (Foto dok AirNav Indonesia)

ABNnews — Transformasi digital di sektor transportasi udara kini menghadapi ancaman baru serangan siber atau cybercrime. Aksi para peretas (hacker) tak lagi menyasar perbankan dan lembaga pemerintah, tapi mulai merambah ke bandara dan sistem penerbangan.

Direktur Keselamatan, Keamanan, dan Standar AirNav Indonesia, Capt. Nur Cahyo Purnomo, mengakui potensi ancaman tersebut sangat serius. Ia menyebut serangan siber bisa berdampak pada navigasi penerbangan, bukan sekadar gangguan jadwal.

“Serangannya di dalam negeri memang baru sebatas perubahan jadwal penerbangan, tapi bukan tidak mungkin mereka menyerang sisi ruang udara di bagian navigasi pengaturan udara,” ujar Capt. Nur Cahyo kepada wartawan, Kamis (13/11/2025).

Untuk mengantisipasi serangan, AirNav Indonesia menyiapkan Cyber Security Incident Response Team (CSIRT) pasukan khusus yang bertugas menangani insiden dan serangan siber yang bisa berdampak pada sistem kenavigasian.

Tim ini diisi oleh para ahli komputer dan jaringan dengan keahlian tertinggi, termasuk “hacker baik” yang bertugas melindungi sistem dari ancaman peretas jahat.

“Tim hacker yang kami kirim mengikuti pendidikan khusus ini adalah hacker yang bekerja untuk meningkatkan keamanan sistem dari serangan hacker jahat yang akan membobol pertahanan kita,” jelas Capt. Nur Cahyo.

AirNav Indonesia juga bekerja sama dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) dalam pertukaran informasi ancaman dan pencegahan insiden siber.

Menurut Capt. Nur Cahyo, hasil evaluasi menunjukkan tingkat kematangan keamanan siber (cyber security maturity level) AirNav sudah mencapai level 4.

“Langkah strategis ini menjadi bukti kehandalan pertahanan jaringan kami. Kolaborasi dengan BSSN juga berjalan intensif,” ujarnya.

Capt. Nur Cahyo menjelaskan, dalam dunia siber terdapat dua jenis hacker: white hat (hacker baik) dan black hat (hacker jahat).
Tim yang dibentuk AirNav termasuk kelompok white hat hacker yang berfungsi menjaga sistem tetap aman.

“Hacker yang kami sekolahkan adalah hacker baik, sebagai garda terdepan melakukan pengamanan perangkat jaringan agar pelayanan kenavigasian tetap aman,” tegasnya.

Serangan siber terhadap bandara dan maskapai bukan hal baru.
Bandara Amsterdam Schiphol pernah menjadi target peretas yang menyamar sebagai maskapai besar, berusaha menipu mitra bisnis lewat komunikasi palsu.

Sementara Japan Airlines juga sempat diretas hingga mengakibatkan delay penerbangan domestik dan internasional.

Kasus paling fatal terjadi di Bandara Internasional Muhammad Ali, Louisville, di mana sebuah pesawat kargo UPS meledak dan jatuh akibat serangan siber, menewaskan tiga orang dan melukai 11 lainnya.

Di Indonesia, berbagai lembaga pernah menjadi korban kejahatan siber, seperti:
* Bank Syariah Indonesia (2022) – diserang ransomware hingga layanan terganggu.

* BRI Life (2021) – data pelanggan bocor dan dijual di internet.

* Bank Mandiri (2019) – nasabah jadi korban phishing.

* Citilink (2016) – diretas oleh remaja 19 tahun.

* BPJS Kesehatan (2021) – kebocoran data jutaan peserta.

* KPU (2019) – situs diserang peretas yang mencoba mengubah data hasil pemilu.


Dengan meningkatnya ancaman global ini, AirNav Indonesia menegaskan komitmennya untuk memperkuat pertahanan digital ruang udara nasional, agar penerbangan Indonesia tetap aman dan bebas gangguan siber.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *