banner 728x250
Opini  

Program MBG Picu Inflasi Tinggi dan Kenaikan Harga Bahan Pangan

Oleh: Tulus Abadi

Masyarakat di berbagai daerah mulai mengeluh terhadap kenaikan bahan pangan yang signifikan, seperti harga telur ayam, daging ayam, daging sapi, sayuran, dll. Sbg contoh harga telur di Jakarta mencapai Rp 38.000 per kg, padahal biasanya kisaran Rp 29.000-32.000 per kg.

Dan klimaksnya inflasi di berbagai daerah pun naik sangat tinggi, rata-rata 6,6 persen; lebih tinggi dari inflasi nasional. Usut punya usut ternyata musababnya adalah Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Sebab dengan program MBG memicu kenaikan permintaan bahan pangan yang signifikan.

Namun ironisnya, kenaikan permintaan (demand) bahan pangan ini tidak diimbangi dengan peningkatan/penambahan pasokan bahan pangan di pasaran. Terjadilah gab/kesenjangan, yang kemudian memicu kenaikan harga harga pangan yang signifikan tersebut.

Oleh sebab itu untuk memitigasi kesenjangan ini, pemerintah seharusnya bertindak cepat dan sinergis untuk menambah/memperkuat pasokan bahan pangan di pasaran, terutama di daerah daerah yang program MBG-nya sudah berjalan dengan masif.

Jika tak ada penambahan bahan pangan yang setara dengan permintaan, sangat mungkin kenaikan harga bahan pangan makin tak terkendali, pasar makin terdistorsi, dan inflasi di daerah juga semakin tinggi.

Pemerintah harus bertindak cepat, bersinergi dengan semua stakeholders. Misalnya memberikan kemudahan perizinan, mempermudah jalur distribusi, memangkas rantai pasok; sehingga hal tersebut bisa menjadi triger untuk mempercepat penambahan pasokan.

Jika dalam waktu satu bulan ke depan hal ini tidak bisa dikendalikan, kondisinya bisa semakin memburuk, tersebab pertengahan Desember sudah memasuki fenomena Natal dan Tahun Baru (Nataru).

Momen Nataru juga akan menjadi pemicu kenaikan bahan pangan. Jika tak ada strategi khusus, kenaikan permintaan bahan pangan akan mengeskalasi terhadap kenaikan harga dan inflasi.

Jika fenomena ini makin tak terkendali, ini menjadi paradoks. Sebab apalah artinya seporsi MBG bagi anak-anaknya, tetapi kemudian orang tuanya terdampak dengan kenaikan harga sembako/bahan pangan, yang nilainya lebih tinggi dibanding dengan seporsi MBG. ***

*) Pegiat Perlindungan Konsumen, Ketua FKBI (Forum Konsumen Berdaya Indonesia)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *