banner 728x250

Betah di New York, James F. Sundah Luncurkan “Seribu Tahun Cahaya” Lagu dalam 3 Bahasa

Komposer James F Sundah saat virtual bareng awak media, Rabu (15/10/2025).

ABNnews – Akhirnya legenda musik Indonesia James F. Sundah kembali menorehkan sejarah. Menjelang usianya yang ke-70 pada 7 Desember 2025, sang maestro meluncurkan lagu terbarunya berjudul Seribu Tahun Cahaya, sebuah karya cinta lintas bahasa yang memadukan keindahan musikal, kekuatan lirik dan teknologi modern.

Bagi penikmat musik Tanah Air, nama James F. Sundah bukan sosok asing. Ia adalah komposer di balik lagu abadi “Lilin-Lilin Kecil”, yang memperkenalkan Chrisye ke panggung musik Indonesia dan masih menggema hingga kini.
Dan kini, hampir lima dekade setelah karya legendaris itu lahir, James kembali dengan karya baru yang tak kalah istimewa, sekaligus menegaskan bahwa api kreativitasnya belum padam.

“Ketika kita memberikan cinta tanpa batas, meski diiringi penantian panjang, yakinlah cinta itu akan sampai,” kata James saat virtual bersama awak media dari New York City, Rabu, 15 Oktober 2025.

Liriknya sarat dengan metafora dan keindahan bahasa:

Seribu tahun cahaya kau sibak resahku,
Menepis semua bayang-bayang keraguan…

Lagu ini bukan sekadar kisah asmara, tapi refleksi spiritual tentang kesetiaan, waktu, dan makna cinta sejati yang melampaui ruang serta masa.

Yang membuat Seribu Tahun Cahaya begitu istimewa adalah konsepnya yang dihadirkan dalam tiga Bahasa yakni Indonesia, Inggris, dan Jepang.

Versi Indonesia dan Inggris dibawakan oleh Claudia Emmanuela Santoso, jebolan The Voice of Germany yang dikenal berkarakter lembut dan penuh penghayatan.

Versi Jepang dinyanyikan oleh Meilody Indreswari, pemenang Bintang Radio Nasional dengan sentuhan vokal khas negeri sakura. “Saya ingin lagu ini bisa dirasakan siapa pun, di mana pun. Cinta itu bahasa yang semua orang pahami,” kata James.

Tak heran jika Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) menganugerahkan penghargaan kepada James atas prestasinya merilis lagu cinta dalam tiga bahasa berbeda sekaligus.

Menariknya, beberapa efek suara dalam lagu ini diciptakan menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI). Namun James menegaskan, esensi lagu tetap datang dari perasaan manusia. “AI hanya alat bantu. Musik sejati lahir dari hati,” ujarnya.

Ide untuk Seribu Tahun Cahaya ternyata sudah muncul sejak 2007, namun perilisannya tertunda lantaran James sempat menjabat sebagai Komisioner Lembaga Manajemen Kolektif Nasional (LMKN).

“Saya tidak ingin ada konflik kepentingan. Setelah masa tugas selesai, baru saya menepati janji untuk merilis lagu ini,” jelasnya.

Kini, setelah 18 tahun, karya itu akhirnya melihat dunia menjadi simbol kesetiaan seorang seniman terhadap janji, cinta, dan karya.

Dengan lagu ini, ia bukan hanya menambah daftar lagu indah di perjalanan kariernya, tapi juga menegaskan warisan estetik seorang komposer yang terus relevan di tengah perubahan zaman. “Selama masih ada cinta, musik takkan pernah padam,” tutupnya.

 

Writer: RosaEditor: Abughaida

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *