ABNnews – Meminta maaf merupakan tindakan mulia dalam Islam. Karena dengan meminta maaf dapat membuat hati menjadi lebih ringan, tenang, dan tenteram.
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ، وَمَا زَادَ اللهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ، إِلَّا عِزًّا، وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللهُ
Artinya: “Sedekah itu tidak mengurangi harta dan tidaklah Allah menambah bagi seorang hamba dengan pemberian maafnya (kepada saudaranya) kecuali kemuliaan (di dunia dan akhirat), serta tidaklah seseorang merendahkan diri karena Allah kecuali Dia akan meninggikan (derajat)nya (di dunia dan akhirat).”
اسمحوا يسمح لك
Artinya: “Maafkanlah, niscaya kamu akan dimaafkan oleh Allah (HR AT Thabrani).
Dalam bulan-bulan terakhir, terutama pasca gelombang aksi demonstrasi, 25 Agustus 2025 yang menewaskan seorang pengemudi ojek online (ojol), Affan Kurniawan, beberapa pejabat negara ramai-ramai meminta maaf atas peristiwa tersebut.
Permintaan maaf antara lain disampaikan Ketua DPR RI Puan Maharani dan Kapolri Listyo Sigit Prabowo. Lalu sejumlah anggota DPR yang keseleo lidah meminta maaf kepada publik atas ucapannya yang menyakiti rakyat.
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa harus meralat ucapannya yang menyebut “tuntutan rakyat 17+8” hanya berasal dari sebagian kecil masyarakat. Menteri ATR/Kepala BPN Nusron Wahid meminta maaf karena candaan soal tanah terlantar menuai protes.
Dari Parlemen, Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad menyampaikan permintaan maaf atas kekeliruan lembaga legislatif, Ahmad Sahroni menyesali ucapannya yang menyebut pengritik DPR sebagai “orang tolol sedunia”, dan Eko Patrio mengunggah video permintaan maaf setelah tingkah lakunya dinilai tidak pantas.
Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni menyampaikan permintaan maaf kepada Presiden Prabowo Subianto, Komisi IV DPR RI, dan masyarakat terkait foto dirinya bermain domino dengan mantan tersangka pembalakan liar Azis Wellang.
Dalam Islam meminta maaf merupakan tindakan mulia. Namun harus jangan mengulangi lagi atas perbuatan dosa dan kesalahan yang telah dilakukannya.
Aisyah ra pernah ditanya oleh salah satu sahabat Nabi saw tentang akhlak Rasulullah saw: Beliau tidak pernah berbuat jahat, tidak berbuat keji, tidak meludah di tempat keramaian dan tidak membalas kejahatan dan kejelekan melainkan beliau selalu memaafkan dan memaklumi kesalahan orang lain (HRIbnu hibban).
Ingatlah, bahwa memaafkan itu lebih utama dan sifat pemaaf mendekatkan manusia pada takwa. Wallohua’lambishshawab/H Ali Akbar Soleman Batubara













