banner 728x250

Shinta Kamdani: Rendahnya Kapasitas Penciptaan Lapangan Kerja Berkualitas Hambat Masa Depan Indonesia

Ketua Umum APINDO, Shinta Kamdani. (Foto: istimewa)

ABNnews — Ketua Umum APINDO Shinta Kamdani berpendapat, kunci menuju masa depan Indonesia terletak pada investasi sumber daya manusianya. Disebutkannya, demografi penduduk RI adalah modal sangat besar, total populasi 286 juta, di antaranya 260 juta berusia di atas 15 tahun, dan 153 juta merupakan Angkatan kerja aktif.

Menurutnya, tingkat partisipasi angkatan kerja terus meningkat dari 65% pada 2021 sampai 69,28% pada 2024 dengan tambahan 2-4 juta tenaga kerja baru setiap tahun. Dominasi generasi muda digital native, innovative dan adaptive. Gen milenial 69 juta, gen Z ada 74 juta.

“Masa depan Indonesia ada di tangan mereka,” kata Shinta Kamdani pada MEET THE LEADERS – UNIVERSITAS PARAMADINA “Indonesia Incorporated: Driving Job Creation and Economic Resilience in an Era of Global Uncertainty’’, Rabu (10/09).

Pada acara ini sambutan disampaikan Rektor Universitas Paramadina, Prof. Didik J. Rachbini, Ph.D dan ekonom dan dosen Paramadina Wijayanto Samirin, MPP tampil sebaga host program.

Terhambat

Shinta mengatakan, realitanya, masa depan Indonesia masih terhambat oleh rendahnya kapasitas penciptaan lapangan kerja yang berkualitas. Dari sisi supply and demand, penciptaan lapangan kerja belum sebanding dengan kebutuhannya. Akibatnya terjadi gap dengan meningkatnya pengangguran.

Pada 2024 kebutuhan lapangan kerja mencapai 12,2 juta orang. Dengan kebutuhan lapangan kerja baru 4,4 juta orang. Pengangguran sebesar 7,8 juta orang. Yang terserap hanya 4,8 juta orang. Trend ini menunjukkan adanya masalah structural dalam penciptaan lapangan pekerjaan.

Trend 7 tahun terakhir, lanjut Wakil Ketua Umum Koordinator KADIN ini, tenaga kerja yang terserap dalam 1 tahun hanya 2,4 – 4,8 juta orang. Sedangkan kebutuhan lapangan kerja 9,5 juta-12,6 juta per tahun.

Dia berpendapat, dari sisi kualitas tenaga kerja belum sebanding dgn kebutuhan industri. Lulusan SD mencapai 36,5 % dan lulusan S1 hanya 12%. Hanya 26% pelaku usaha merasa kualitas tenaga kerja sesuai kebutuhan industry, jadi di situ ada masalah link and match.

“Kemampuan bersaing tenaga kerja juga msih rendah, hanya 9% yg punya komptensi tinggi. Jauh tertinggal disbanding negara tetangga. Angak produktivitas bermasalah,” ungkapnya.

Dampaknya, kata Ceo of Shintesa Group ini, pertama, tingginya pengangguran muda, dgn 67% pengangguran berusia 15-29 tahun kesulitan memasuki pasar kerja. Kedua, tingginya sektor informal.

Persoalan terbesar tenaga kerja di Indonesia, informal sektor sudah hampir 60%. Data ILO bisa sampai 70% lebih.

Informal sektor didominasi oleh UMKM yang 56 juta UMKM aktif, jumlahnya. UMKM adalah, kategori jeni/level usaha. Sedang enterpreurship/wirausaha sekira 3,5 % dari populasi. Enterprener harus punya inovasi.

Disebutkannya, sebagian UMKM bisa dianggap entrepreneur tapi kebanyakan UMKM tdk punya inovasi dan tidak dianggap enterpreneur
“Tingkat enterpreneurship di Thailand 4,8% dari populasi, Singapura 11-12%. Angka ini kita harus sadari bhw entrepreneur yang sebetulnya bisa meningkatkan perekonomian dan bisa menciptakan lap pekerjaan,” ujar Shinta.

Indonesia Incorporated

Lebih lanjut Shinta berpendapat Indonesia Incorporated bukan hanya sekadar gotong royong tapi lebih dari itu yakni sebagai bagian dari pemegang saham, yang punya hak dan kewajiban. Hak, tidak hanya deviden tapi hak utk kita bisa menyampaikan sesuatu dan bisa dilaksanakan.

“Kewajiban kita, harus membantu bagaimana bisa membesarkan corporasi kita agar bisa sukses dan besar,” paparnya.

Shina mengatakan, Indonesia yang diinginkan ada 4 hal yakni: Maju dalam karya, Indonesia yang maju bukan hanya mendasarkan diri pada sumber daya/peluang yang tersedia, tapi bisa maju dengan karya dan inovasi anak bangsa sendiri. Indonesia jangan hanya tergantung dari commodity base.

Peringkat nilai tambah produk ekspor Indonesia masih menurun dari peringkat 54 pada tahun 2000 menjadi 70 pada 2023.

Adil dalam kesempatan

Setiap warga negara punya kesempatan utk bisa berkembang. Sementara partisipasi tenaga kerja wanita hanya 56,42% sedangkan laki-laki mencapai 84,66%.

Hijau dalam alam. Kemajuan sejati adalah ketika pertumbuhan ekonomi tidak mengorbankan penurunan kualitas lingkungan alam.

Bersatu dalam keragaman. Keragaman adalah fakta, tapi Bersatu dalam keragaman adalah kunci utk memaksimalkan potensi dan memperkuat bangsa.

Bagus Iswanto

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *