ABNnews — Seorang balita perempuan inisial R, asal Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, harus meregang nyawa pada Selasa, 22 Juli 2025, setelah tubuhnya dipenuhi cacing gelang (Ascaris lumbricoides). Oleh dokter, balita R didiagnosa mengalami infeksi cacing gelang.
Meski pemicu kematiannya diyakini tidak hanya disebabkan infeksi cacing, kasus semacam ini bila tidak ditangani akan memicu gejala berat.
“Pada kasus ini cacing gelang, ascaris, kalau tidak diobati memang itu akan bertelur dan memperbanyak diri di dalam tubuh, dalam usus seseorang,” kata dokter spesialis penyakit dalam yang juga Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) Prof Ari Fahrial Syam.
Ia menjelaskan bagaimana cacing terus berkembang biak dan hidup di tubuh. “Makanya sering kan ditemukan BAB-nya ada cacing, ini sebenarnya harus dilihat history-nya, sudah pernah demikian atau pernah muntah cacing. Itu harus segera diberikan obat,” kata dia, melansir detikhealth.
Sebagai catatan, penyebaran cacing saat berkembang biak memang bisa ‘bermigrasi’ ke organ lain, alias tidak hanya di usus. Larva cacing disebutnya memungkinkan mengalir ke paru-paru yang menyebabkan masalah di bagian tersebut. Dalam beberapa kasus, cacing juga ditemukan mampu naik ke saluran empedu.
Bila hanya di usus halus, pasien umumnya kerap merasakan tidak nyaman di bagian perut, disertai kembung dan begah. Ciri-ciri yang bisa dikenali pada anak sebenarnya cukup mudah, yakni mendadak rewel. “Kalau anaknya rewel kita harus periksa jangan-jangan cacingan,” kata dia.
Pemberian obat cacing bisa menekan kemungkinan berkembang biak bahkan mati di dalam tubuh. Komplikasi akibat kecacingan relatif beragam.
“Dia bisa menyumbat atau makin banyak, bisa saja penyumbatan di usus saluran empedu atau larva-nya bisa masuk ke paru-paru, apalagi basic-nya ada TBC paru kondisinya agak lebih berat, kalau tidak ditangani dengan baik, tentu bisa memicu kematian,” katanya.
Sementara seperti dikutip dari antaranews, Manhattan Gastro Enterology menyebut parasit adalah organisme yang hidup di dalam atau pada tubuh inang, dan mengambil nutrisi dari inang tersebut, sering kali merugikan kesehatan.
Infeksi parasit bisa menyebabkan gangguan kesehatan serius, mulai dari masalah pencernaan, gangguan kulit, anemia, hingga mengganggu perkembangan anak.
Jenis-jenis parasit yang sering menyerang manusia antara lain:
– Cacing usus: cacing gelang (roundworm), cacing pita (tapeworm), cacing kremi (pinworm), cacing cambuk (whipworm), cacing tambang (hookworm).
– Protozoa: Giardia, Plasmodium (penyebab malaria).
– Ektoparasit: kutu, tungau scabies, nyamuk, kutu kasur.
Parasit dapat mengonsumsi makanan inangnya dari dalam tubuh, membuat penderitanya tetap merasa lapar walau sudah makan.
Ada pula yang memakan sel darah merah, menyebabkan anemia, kelelahan kronis, hingga menurunnya sistem kekebalan tubuh.
Bagaimana Masuk ke Tubuh?
Infeksi cacing usus dan parasit umumnya terjadi karena faktor lingkungan dan kebersihan. Beberapa penyebab paling umum antara lain:
– Mengonsumsi makanan atau air yang terkontaminasi.
– Daging yang kurang matang.
– Kebersihan diri yang buruk, misalnya jarang mencuci tangan.
– Bermain atau kontak langsung dengan tanah yang tercemar telur cacing.
– Usia anak-anak, yang lebih rentan karena sistem imun belum sempurna.
– Kondisi kekebalan tubuh yang lemah.
Telur cacing bisa berpindah dengan sangat mudah, termasuk melalui tangan yang kotor setelah buang air besar, lalu menempel ke mainan, gagang pintu, atau makanan yang dikonsumsi orang lain.
Gejala Infeksi
Infeksi sering tidak disadari, padahal gejalanya bisa terlihat dalam berbagai bentuk. Beberapa tanda yang paling umum antara lain:
1. Masalah pencernaan: diare, sembelit, kembung, dan gas berlebih.
2. Kelelahan kronis: tubuh lemas, mudah lelah, sulit berkonsentrasi.
3. Masalah kulit: ruam, gatal, eksim, atau biduran yang tidak membaik.
4. Nyeri otot dan sendi akibat peradangan dari racun parasit.
5. Anemia karena cacing menghisap darah inang.
6. Tidak kenyang setelah makan, namun berat badan terus turun.
7. Gatal di area anus (umum pada infeksi cacing kremi).
8. Gangguan tidur dan insomnia karena cacing lebih aktif di malam hari.
9. Menggertakkan gigi saat tidur (bruxism) akibat efek racun parasit.
10. Kembung dan perut buncit meskipun makan normal.
Pada banyak kasus, anak-anak dengan gizi buruk seperti balita R lebih rentan terserang infeksi parasit dalam jumlah besar karena tubuhnya tidak memiliki daya tahan yang cukup untuk melawan.
Kasus tragis balita di Sukabumi ini menunjukkan bahwa infeksi parasit, terutama cacing gelang, masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Pencegahan melalui sanitasi, pola hidup bersih, dan pemberian obat cacing rutin menjadi langkah penting untuk melindungi generasi muda dari ancaman serupa