ABNnews – Pemerintah Indonesia terus menelusuri keberadaan pengusaha minyak kontroversial Mohamad Riza Chalid, yang diduga tengah berada di Malaysia setelah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus korupsi tata kelola minyak mentah dan produk kilang PT Pertamina Subholding dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) periode 2018–2023.
Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan Agus Andrianto mengungkapkan bahwa pihaknya telah meminta bantuan kepada perwakilan Indonesia di Malaysia untuk memburu keberadaan beneficial owner PT Orbit Terminal Merak itu.
“Kami sudah minta bantuan ke perwakilan di Malaysia, tapi tetap harus kita hormati karena yurisdiksi negara masing-masing berbeda. Kita tidak bisa memaksakan proses hukum Indonesia di sana,” ujar Agus saat ditemui di Jakarta, Senin (4/8).
Agus mengatakan bahwa berdasarkan informasi terakhir, Riza Chalid masih diyakini berada di Malaysia. Namun, hingga kini, otoritas Malaysia belum memberikan perkembangan terbaru mengenai hasil penelusuran tersebut.
Dalam konteks penegakan hukum terhadap para tersangka korupsi di luar negeri, Agus menyatakan tidak menutup kemungkinan pencabutan paspor bagi Riza maupun nama-nama lain yang status hukumnya serupa.
“Kalau memang perlu, ya kita cabut paspornya. Kalau ada permintaan dari aparat penegak hukum, kami siap lakukan,” ujarnya.
Sementara itu, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Imigrasi, Yuldi Yusman, menyampaikan bahwa berdasarkan data sistem perlintasan versi V4.0.4 milik Imigrasi RI, Riza Chalid tercatat meninggalkan Indonesia menuju Malaysia pada 6 Februari 2025, melalui Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang.
“Kami sudah berkoordinasi dengan perwakilan Imigrasi kita di Malaysia. Mereka telah menjalin kerja sama dengan Jabatan Imigresen Malaysia dan Polis Diraja Malaysia untuk melacak keberadaan Riza Chalid,” ujar Yuldi kepada ANTARA, Kamis (17/7).
Hingga kini, Kejaksaan Agung masih memburu keberadaan bos minyak itu lantaran ia tidak sedang berada di Indonesia saat ditetapkan sebagai tersangka. Penetapan ini menjadikannya salah satu aktor kunci dalam skandal besar yang menyeret sektor strategis energi nasional.