banner 728x250
Hikmah  

Kisah Nabi Musa Sakit Gigi (Bukti Kekuasaan Allah)

ABNnews – “Lebih baik sakit hati daripada sakit gigi”, peribahasa ini popular di masyarakat kita. Maknanya sakit gigi bisa sangat menyakitkan dan mengganggu aktivitas sehari-hari, sedangkan sakit hati mungkin lebih bisa diatasi dengan waktu dan dukungan.

Soal sakit gigi pernah dialami Nabi Musa. Dikisahkan, ketika Nabi Musa mengalami sakit gigi, ia menyampaikan keluhan dan berdoa kepada Allah agar sakit gigi yang dideranya bisa segera sembuh. Seketika Allah memerintahkan Nabi Musa untuk mengobati sakit giginya itu dengan tanaman obat.

“Ambillah rumput itu dan letakkan di gigimu,” perintah Allah kepada Nabi Musa, sebagaimana dikisahkan oleh Syekh Nawawi Al-Bantani dalam kitab Nurudh Dholam (Syekh Nawawi Al-Bantani, Nurudh Dholam, [Kediri: PPA, tt], halaman 11)

Setelah mendapat petunjuk dari Allah, Nabi Musa pun melaksanakan perintah-Nya. Ia memetik tanaman obat dan meletakkan di giginya yang sedang bermasalah. Seketika sakit giginya langsung sembuh berkat wasilah tanaman obat tersebut.

Beberapa waktu kemudian, dilansir dari kemenag.go.id, sakit gigi Nabi Musa kambuh lagi. Jika sebelumnya Nabi Musa mengeluh dan berdoa kepada Allah, kali ini ia langsung memetik tanaman obat dan meletakkan di giginya yang sakit. Nabi Musa melakukan itu tentu karena tahu bahwa sebelumnya tanaman obat ini berkhasiat bisa menyembuhkan sakit gigi.

Ternyata upayanya itu tidak berhasil. Bukannya sembuh, sakit gigi Nabi Musa malah bertambah parah. Dalam keadaan ini, Nabi Musa langsung mengadu dan berdoa kepada Allah. “Ya Allah bukankah kemarin Engkau memerintahkan dan menunjukkanku dengan tanaman tersebut untuk mengobati sakit gigiku?” ucap Nabi Musa.

Allah kemudian berfirman: “Ya Musa, Aku adalah Dzat yang memberi kesembuhan, Dzat yang memberikan kesehatan, Dzat yang memberikan bahaya, Dzat yang memberikan manfaat. Pada sakit pertama kamu datang menghadap kepada-Ku maka Aku hilangkan penyakitmu. Kali ini, kamu tidak datang kepada-Ku tapi kamu datang kepada tanaman obat itu.”

Hikmah yang bisa dipetik dari kisah ini. Pertama, Allah mempunyai sifat Jaiz yang bebas melakukan apapun sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya. Allah bisa mengangkat dan menurunkan derajat seseorang sesuai kehendak-Nya. Allah juga bisa memberi penyakit dan kesembuhan kepada siapa pun yang dikehendaki-Nya.

Kedua, Allah adalah pemilik semua yang ada di langit dan bumi, termasuk kesehatan dan kesembuhan. Untuk itu hal yang mesti dilakukan umat Islam ketika sakit adalah berdoa memohon kesehatan dan kesembuhan kepada Allah.

Selanjutnya, kata Muhammad Aiz Luthfi, Pengajar di Pesantren Al-Mukhtariyyah, Subang, Jawa Barat, tetap melakukan ikhtiar lahir yaitu dengan obat dan aneka pengobatan namun tetap meyakini bahwa hal itu hanya menjadi wasilah atau perantara untuk meraih kesehatan dan kesembuhan.

Kebaikan di Balik Sakit 

Ketika kita sedang sakit, hendaknya kita bersabar. Sebagai seorang yang beriman, sudah selayaknya kita meyakini bahwa ada hikmah di balik musibah sakit yang kita alami.

Pada hakikatnya, semua keadaan seorang muslim mengandung kebaikan di dalamnya, baik ketika sehat ataupun ketika sakit. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruh urusannya itu baik. Hal ini tidaklah didapati kecuali pada diri seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Hal itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim, no. 2999)

Tidak ada segala sesuatu yang datang menimpa diri kita kecuali terjadi atas izin dari-Nya. Hendaknya kita memahami bahwasannya sakit merupakan ujian dan cobaan dari Allah Ta’ala.

Oleh karena itu, kita perlu menanamkan pada diri kita, bahwa akan ada kebaikan dan hikmah di balik musibah sakit. Ketika sakit menimpa diri kita, hendaklah kita berbaik sangka kepada Allah Ta’ala.

Ujian sakit yang kita alami adalah bentuk kecintaan Allah kepada hamba-Nya. Hal ini senada dengan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

“Jika Allah mencintai suatu kaum maka mereka akan diuji” (HR. Ath-Thabrani dalam Mu’jamul Ausath, 3/302)

Hikmah yang dapat kita petik dari musibah sakit, mendapatkan rida Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya pahala yang besar diperoleh melalui cobaan yang besar pula. Apabila Allah mencintai seseorang, maka Allah akan memberikan cobaan kepadanya, barangsiapa yang rida (menerimanya) maka Allah akan meridainya dan barangsiapa yang murka (menerimanya) maka Allah murka kepadanya.” (HR. At Tirmidzi no. 2396)

Hikmah selanjutnya, terhapusnya dosa dan diangkat derajatnya, pahala yang tetap mengalir dan kecintaan Allah dan pahala tanpa batas jika bersabar. Wallohu a’lambishshawab/H Ali Akbar Soleman Batubara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *