ABNnews – Di tengah gejolak pasar dan ketidakpastian geopolitik global, saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) justru jadi buruan investor kakap. Salah satunya datang dari raksasa keuangan dunia JP Morgan Chase & Co.
Data Bloomberg mencatat, JP Morgan menambah kepemilikan saham BBRI sebesar 117,42 juta lembar sepanjang kuartal II/2025. Kini total saham BRI yang mereka kuasai mencapai 1,54 miliar lembar. Aksi beli jumbo ini menjadi kejutan karena sebelumnya, JP Morgan justru sempat menjual lebih dari 500 juta saham BBRI di kuartal I.
Langkah ini dianggap sebagai sinyal kepercayaan investor global terhadap fundamental dan arah transformasi BRI. Menurut Direktur Reliance Sekuritas Reza Priyambada, akumulasi saham oleh JP Morgan di saat pasar masih koreksi mencerminkan optimisme terhadap kekuatan bisnis BRI ke depan.
“Ini bukan cuma strategi ambil posisi di harga bawah, tapi juga bentuk market trust terhadap transformasi dan fundamental BRI yang solid,” ujar Reza kepada wartawan.
Direktur Utama BRI Hery Gunardi juga menegaskan bahwa pihaknya kini tengah menjalankan BRIVolution Reignite, program transformasi jangka panjang menuju visi “The Most Profitable Bank in Southeast Asia 2030.”
Transformasi itu mencakup digitalisasi layanan, penguatan manajemen risiko, peningkatan kapabilitas SDM, serta penyaluran kredit berkualitas. Tak hanya mengejar pertumbuhan bisnis, BRI juga menyesuaikan langkahnya dengan koridor pembangunan nasional Asta Cita di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
“Kami tetap fokus memperkuat fundamental. Baik sisi pendanaan, kualitas kredit, hingga efisiensi digital,” tegas Hery.
Meski harga saham BRI pada 1 Juli 2025 ditutup di Rp3.700 per lembar, konsensus analis tetap optimistis. Sebanyak 31 analis Bloomberg merekomendasikan beli, dengan target harga 12 bulan ke depan di kisaran Rp4.703,61 — menyiratkan potensi upside sekitar 27%.
Di sisi lain, BRI juga tak luput dari sorotan hukum terkait dugaan pengadaan mesin EDC pada periode 2020–2024. Namun, manajemen menegaskan komitmennya terhadap prinsip Good Corporate Governance (GCG) dan siap mendukung proses hukum tanpa mengganggu operasional bisnis.
“Kami percaya transparansi dan kepatuhan adalah kunci menjaga kepercayaan investor di masa depan,” kata Hery.