ABNnews – Perusakan dan penutupan paksa terhadap rumah ibadah atau tempat yang dipergunakan untuk melakukan kegiatan ibadah masih saja terus berlanjut. Terbaru, terjadi di Cidahu, Sukabumi, Jawa Barat, Minggu, 29 Juni 2025, kemarin.
Tempat ibadah yang dipergunakan untuk kegiatan retreat oleh sekelompok siswa beragama Kristen itu dirusak oleh sekelompok orang. Bahkan perusakan tempat ibadah itu viral diberbagai platform media massa.
“Dalam setiap pemerintahan pasca reformasi semakin sering kita mendengar terkait dengan kegiatan anarkis terkait dengan penutupan rumah ibadah atau tempat kegiatan ibadah,” ujar Direktur Rumah Politik Indonesia, Fernando Emas di Jakarta, Selasa (1/7/2025).
“Apakah Presiden Republik Indonesia atau para pembantunya tidak memiliki mata dan telinga terkait dengan persoalan tersebut?,” tanyanya.
Fernando menilai perusakan tempat ibadah masih saja terjadi karena tidak ada efek jera yang dibuat oleh pemerintah bagi para pelaku perusakan dan penutupan rumah ibadah. Terkesan pemerintah membiarkan adanya kelompok yang menganggu kegiatan ibadah.
“Apakah Prabowo Subianto akan sama saja dengan presiden sebelumnya yang juga tidak berdaya dalam menghadapi persoalan keagamaan terutama penutupan terhadap tempat-tempat ibadah kelompok minoritas,” ujarnya.
Fernando menanyakan realisasi yang pernah dijanjikan oleh Presiden Prabowo untuk persoalan keagamaan dan pluralisme. Ia pun menilai Prabowo Subianto tidak memiliki untuk segera merealisasikan janjinya tersebut karena masih sibuk membagi-bagi jabatan kepada para pendukungnya terutama yang sudah jadi wakil menteri menjadi komisaris Perusahaan BUMN.
“Kalau Prabowo tidak mampu menyelesaikan persoalan-persoalan tersebut dalam masa jabatannya, maka sejarah akan mencatat, bahwa ia menjadi salah satu Presiden yang gagal untuk tetap menjaga toleransi dan pluralisme serta ingkar terhadap janjinya,” tegasnya.
“Prabowo akan dianggap hanya ingin menduduki kekuasaan namun tidak memiliki kemampuan untuk memajukan terkait dengan pluralisme dan toleransi beragama,” imbuhnya.
Fernando menegaskan jika perusakan dan penutupan tempat ibadah terus berulang maka
masyarakat akan semakin mundur dalam menjalankan toleransi dan pluralisme. Oleh karena itu Presiden Prabowo harus tidak segera mengatasinya secara tuntas.
“Maka akan sangat mungkin terjadi perpecahan di negara kita dengan latar belakang dan motif agama,” tegasnya.
Fernando pun sangat berharap sekali Presiden Prabowo mau dan mampu menyelesaikan persoalan pluralisme dan toleransi beragama di Indonesia. Presiden Prabowo Subianto harus menjadikan persoalan pluralisme dan toleransi beragama masalah yang serius sehingga harus segera diselesaikan.
“Jangan ada lagi masyarakat yang ketakutan untuk menjalankan ibadah,” tandasnya.
Dalam peristiwa tersebut, ratusan warga memasuki secara paksa sebuah property yang digunakan untuk kegiatan retreat dan pembinaan rohani umat Kristen. Mereka melakukan intimidasi, kekerasan verbal, termasuk menurunkan kayu salib dan menggunakannya untuk merusak kaca-kaca jendela dan properti lainnya.
Imbas aksi itu menyebabkan ketakutan dan kepanikan puluhan warga jemaat yang dievakuasi oleh aparat keamanan menggunakan tiga kendaraan yang juga menjadi sasaran amuk massa.
Bagus Iswanto