banner 728x250

Gempur Fast Fashion! Kemenperin Dorong IKM Wastra Go Slow Fashion

Foto dok Kemenperin

ABNnews – Tren fast fashion yang boros dan berdampak lingkungan kian jadi sorotan. Menjawab tantangan ini, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong transformasi industri fesyen lokal, khususnya sektor wastra dan kriya, agar lebih berkelanjutan, etis, dan berbasis budaya.

Dirjen Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA), Reni Yanita, menyebut bahwa konsep sustainability kini bukan sekadar tuntutan pasar, tapi jadi strategi utama memperkuat daya saing IKM.

“Konsep slow fashion menekankan produksi yang bertanggung jawab, etis, dan ramah lingkungan. Ini sejalan dengan nilai-nilai budaya lokal kita,” ujar Reni dalam keterangannya, Sabtu (28/6/2025).

Webinar Tiga Hari, Kupas Tuntas Slow Fashion

Lewat Balai Pemberdayaan Industri Fesyen dan Kriya (BPIFK), Ditjen IKMA menggelar webinar berseri selama 3 hari, 19–21 Juni 2025, bertajuk “Sustainability: Membangun IKM Wastra Berkonsep Slow Fashion.” Kegiatan ini juga menjadi bagian dari Road to HUT ke-45 Dekranas.

Tiga topik utama diangkat dalam webinar:
– Masa Depan Pasar Fesyen Wastra
– Cintai Bumi, Lestarikan Budaya
= Melebarkan Sayap IKM ke Pasar Global

Para narasumber yang hadir bukan sembarangan, mulai dari desainer kenamaan Ali Charisma, perwakilan IDFL Indonesia, Torajamelo, hingga pelaku industri dari PT Internasional Multi Nusa.

“Kami ingin membuka wawasan IKM bahwa produk yang berkelanjutan bukan hanya penting secara etika, tapi juga punya peluang ekonomi besar,” tambah Reni.

Warisan Budaya Bisa Jadi Andalan Ekonomi Hijau

Menurut Reni, banyak anak muda sekarang—terutama Gen Z—lebih tertarik pada produk vintage, retro, dan circular fashion. Artinya, peluang besar terbuka untuk IKM wastra yang mau berinovasi sekaligus ramah lingkungan.

“Tren ini bisa dimanfaatkan untuk memperkuat posisi industri wastra Indonesia. Produk kita bisa punya nilai tinggi sekaligus menyelamatkan lingkungan,” tuturnya.

Kolaborasi Jadi Kunci, Bukan Sekadar Kreatif

Kepala BPIFK Dickie Sulistya menyebut, kunci sukses IKM di era fesyen berkelanjutan adalah kolaborasi dan adaptasi.

“Kreativitas saja tidak cukup. IKM juga harus paham preferensi pasar global yang makin peduli lingkungan,” ujarnya.

BPIFK sendiri aktif memberi pelatihan, inkubasi, dan promosi agar produk IKM fesyen tak hanya cantik dilihat, tapi juga relevan secara nilai.

“Harapan kami, akan lahir komitmen bersama membangun industri fesyen nasional yang lebih hijau, inklusif, dan tetap menjunjung budaya lokal,” pungkas Dickie.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *