ABNnews – Dalam keseharian adakalanya kita menyaksikan atau bahkan mengetahui kerabat, sahabat dan tetangga yang suka melakukan fitnah. Perbuatan tercela dan dosa besar ini harus dihindari seorang muslim.
Perlu diketahui, saat ini, bentuk fitnah yang kerap muncul, yaitu menyebarkan berita bohong (hoaks), menyebarkan isu yang tidak benar, hingga memberi kesaksian palsu. Menggunjing juga termasuk dalam kegiatan menggunjing.
Fitnah jelas dosa besar karena bisa menghancurkan segalanya, baik harga diri, harta benda, maupun keluarga. Bahkan, dosa fitnah dikatakan lebih kejam daripada pembunuhan.
Allah SWT berfirman dalam surah Al Baqarah ayat 191, Artinya: “Bunuhlah mereka (yang memerangimu) di mana pun kamu jumpai dan usirlah mereka dari tempat mereka mengusirmu. Padahal, fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan. Lalu janganlah kamu perangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangimu di tempat itu. Jika mereka memerangimu, maka perangilah mereka. Demikianlah balasan bagi orang-orang kafir.”
Dalam Surat Al-Baqarah Ayat 217, yang artinya,”Mereka bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang berperang pada bulan haram. Katakanlah, “Berperang dalam bulan itu adalah (dosa) besar. Namun, menghalangi (orang) dari jalan Allah, ingkar kepada-Nya, (menghalangi orang masuk) Masjidilharam, dan mengusir penduduk dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) dalam pandangan Allah.
Fitnah (pemusyrikan dan penindasan) lebih kejam daripada pembunuhan. ”Mereka tidak akan berhenti memerangi kamu sampai kamu murtad (keluar) dari agamamu jika mereka sanggup. Siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya lalu dia mati dalam kekafiran, sia-sialah amal mereka di dunia dan akhirat. Mereka itulah penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.”
Fitnah dapat menceraiberaikan suatu bangsa, dapat membuat orang lain bertengkar, hingga berujung pembunuhan. Dalam Surat Al Qalam Ayat 10-11,”Janganlah engkau patuhi setiap orang yang suka bersumpah lagi berkepribadian hina, suka mencela, (berjalan) kian kemari menyebarkan fitnah (berita bohong).”
Anjuran untuk menjauhi fitnah juga disampaikan oleh Rasulullah dalam beberapa riwayat hadis. Menyadur buku 101 Dosa-Dosa Besar terbitan Qultum Media, berikut ini dua hadist yang menjelaskan dalil tentang fitnah.
1. Hadis Bukhari
Saat Rasulullah SAW lewat dalam sebuah pemakaman, beliau melihat ada dua orang yang sedang disiksa karena semasa hidupnya suka bergunjing dan menyebar fitnah. Dalam perjalanan tersebut, Rasulullah SAW bersabda:“Mereka berdua sedang disiksa, bukan disiksa karena dosa besar (tapi dosa ini cukup besar), tapi karena berjalan ke sana ke mari menghambur fitnah (menggunjing).”
Jika diresapi, hadis tersebut merupakan sebuah peringatan kepada manusia supaya tidak melakukan hal tersebut dalam bermasyarakat. Fitnah dapat menghancurkan korban dan berbalik kepada orang yang melakukannya dalam bentuk dosa jariyah.
Fitnah yang diwariskan kepada orang yang masih hidup akan mengalir terus kepada orang yang sudah meninggal. Tak bisa dibayangkan betapa besarnya dosa yang disebabkan oleh perbuatan tersebut.
2. Hadis Riwayat Muslim
Abu Hurairah ra meriwayatkan, bahwa nabi SAW bersabda, “Segeralah beramal sebelum fitnah-fitnah yang menyerupai potongan-potongan malam yang gelap gulita datang bertubi-tubi.
Seseorang yang beriman pada pagi hari akan berubah menjadi kafir pada sore hari. Atau ia beriman pada sore hari dan pada pagi harinya berubah menjadi kafir, menjual agamanya dengan dunia”.
Hadis di atas berisi anjuran untuk selalu mengerjakan amalan-amalan saleh sebelum uzur menghalang dan sebelum fitnah bermunculan bertubi-tubi pada akhir zaman.
Rasulullah SAW menggambarkan dahsyatnya rentetan fitnah tersebut dengan perubahan iman seseorang yang pada sore hari ia beriman, kemudian esok paginya menjadi kafir, atau sebaliknya. Hanya dalam satu hari, fitnah bisa membuat iman seorang berubah dengan cepat.
Menjauhi Fitnah
Islam menganjurkan umatnya untuk menghindari fitnah dengan cara menjaga lisan, tidak menyebarkan berita bohong, dan selalu mencari kebenaran.
Jika seseorang telah melakukan fitnah, ia harus segera bertaubat kepada Allah, meminta maaf kepada orang yang difitnah, memperbaiki nama baik orang yang difitnah, dan mengklarifikasi fitnah yang ia buat. Wallohu a’lambishshawab/ H. Ali Akbar Soleman Batubara.