banner 728x250
Hikmah  

Sifat Pemaaf Rasulullah

ABNnews – Rasulullah SAW diutus untuk menebar kasih sayang ke semesta alam. Sifat kasih sayangnya membuatnya mudah untuk memaafkan setiap jengkal kesalahan orang lain, baik yang disengaja ataupun tidak.

Allah swt berfirman, “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Ambiya [21]: 107).

Rasulullah SAW memiliki adab pemaaf yang luar biasa, contohnya beliau tidak menyimpan dendam bahkan ketika disakiti dan dihina. Beliau selalu menahan amarah dan memilih untuk memaafkan, bahkan terhadap orang yang pernah menyakitinya.

Sebagaimana hadits Rasulullah SAW, “Barangsiapa memaafkan saat dia mampu membalas maka Allah memberinya maaf pada hari kesulitan.” (HR. Ath-Thabrani).

Memaafkan Arab Badui

Suatu kekita Nabi Muhammad sadang berkumpul di masjid bersama para sahabat. Tak diundang tak disapa, tiba-tiba muncul seorang Arab Badui (orang dari suku Arab pedalaman). Bukan untuk nimbrug satu majelis, tetapi justru kencing di salah satu pojokan masjid.

Melihat kepongahan itu, sontak sahabat naik pitam, geram bukan kepalang. Rasa-rasanya ingin saja melabraknya tanpa ampun. Sahabat membentak si Arab Badui dan membuatnya tersentak, Rasulullah mencegahnya.

Beliau membiarkan si Arab Badui menuntaskan buang air kencilnya. Setelah tuntas, baru Rasulullah memerintahkan salah satu sahabat untuk bertindak. Tapi bukan untuk menghukum si Badui, melainkan meyiram bekas kencing tadi dengan setimba air.

Masjid saat itu masih berlantai pasir. Jadi begitu disiram, air akan lekas meresap. Sementara si Badui tadi dibiarkan pergi begitu saja. Orang Arab Badui memang hidup di pelosok, jauh dari keramaian kota. Mereka hidup sebagai pengembara di Jazirah Arab dan berpindah-pindah tempat. Sehingga wajar jika mereka jauh dari pengetahuan dan banyak tidak tahu soal hukum, termasuk tidak tahu bahwa masjid adalah tempat suci dan pelanggaran besar jika kencing di dalamnya.

Nabi yang menyadari ketidaktahuan itu memaklumi perbuatan si Badui. (HR al-Bukhari, Muslim, dan yang lainnya). Sebagai Nabi penebar kasih sayang, Rasulullah tidak mudah untuk menyalahkan orang lain. Orang yang sudah jelas-jelas sengaja berbuat salah saja ia maafkan. Apalagi jika hanya karena sebuah ketidaktahuan.

Muhamad Abror, penulis keislaman NU Online; alumnus Pondok Pesantren KHAS Kempek-Cirebon dan Ma’had Aly Sa’idusshiddiqiyah Jakarta dalam artikelnya menyatakan, sifat penyayang dalam diri Nabi membuatnyanya mampu melihat persoalan tidak hanya dari satu sisi.

Berikut adab pemaaf Rasulullah SAW:

Menahan Amarah:

Rasulullah SAW dikenal sangat sabar dan tidak mudah marah. Beliau selalu berusaha menahan amarah meskipun menghadapi berbagai tantangan dan ujian.

Memaafkan Kesalahan:

Rasulullah SAW selalu memaafkan kesalahan orang lain, baik itu sahabat maupun musuh. Beliau tidak pernah membalas kejahatan dengan kejahatan.

Membuka Hati dan Pikiran:

Rasulullah SAW tidak pernah menyimpan dendam kepada siapapun, termasuk orang-orang yang pernah menyakitinya. Beliau selalu berusaha untuk membuka hati dan pikiran terhadap orang lain.

Menunjukkan Kasih Sayang:

Rasulullah SAW selalu menunjukkan kasih sayang kepada semua orang, termasuk musuh-musuhnya. Beliau tidak pernah menghalangi atau menyakiti orang lain.

Menjaga Perdamaian:

Rasulullah SAW selalu berusaha untuk menjaga perdamaian dan keharmonisan, baik dalam kehidupan sosial maupun dalam hubungan dengan orang lain. Beliau selalu berusaha untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang damai.

Contoh Konkret:

Memaafkan Bani Tsaqif dan Penduduk Thaif:

Ketika menghadapi perlakuan buruk dari Bani Tsaqif dan penduduk Thaif, Rasulullah SAW tidak menyimpan dendam dan memilih untuk memaafkan mereka.

Memaafkan Kaum Quraisy:

Setelah berhasil menguasai Mekkah, Rasulullah SAW memaafkan kaum Quraisy yang pernah menyiksa dan menyakitinya.

Memaafkan Orang yang Mengucapkan “As-Saamu’Alaika”:

Ketika seorang Yahudi mengucapkan “As-Saamu’Alaika” (kebinasaan atas engkau) kepada Rasulullah SAW, para sahabat ingin membunuhnya, namun Rasulullah SAW menahannya dan memilih untuk memaafkan.

Dengan meneladani adab pemaaf Rasulullah SAW, diharapkan umat Islam dapat menjadi pribadi yang lebih sabar, lapang dada, dan tidak mudah menyimpan dendam. Memaafkan kesalahan orang lain merupakan perbuatan mulia yang dapat membawa kebaikan bagi diri sendiri dan orang lain. (Wallohu a’lambishshawab/H. Ali Akbar Soleman Batubara)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *