banner 728x250

Keracunan MBG Lagi: Ratusan Siswa di Bogor Jadi Korban, BGN Tegur Keras SPPG

Ilustrasi. (Foto: istimewa)

ABNnews — Berdasar data hingga Senin (12/05), total sebanyak 223 siswa TK hingga SMA mengalami keracunan diduga usai mengonsumsi makan bergizi gratis (MBG) di Kota Bogor, Jawa Barat.

Berdasarkan penyelidikan epidemiologi lanjutan terhadap 13 sekolah. Sebanyak lima orang menjalani rawat inap dan empat orang lainnya menjalani rawat jalan.

“Korban yang terdata hari ini sebanyak 9 orang, sehingga total korban menjadi 223 orang,” kata kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor, Sri Nowo Retno, Selasa (13/05).

“Kemudian terdapat laporan 27 orang yang sudah selesai rawat inap, sehingga jumlah total yang masih berada di RS (rumah sakit) sebagai pasien rawat inap sebanyak 18 orang,” ungkapnya.

Sri Nowo menyebut data tersebut masih bisa bertambah seiring dengan penambahan pendataan. Sri merinci, dari 223 yang keracunan, sebanyak 45 orang menjalani rawat inap, 49 rawat jalan, dan 129 mengalami keluhan ringan.

“Dinas Kesehatan terus berkoordinasi dengan sekolah-sekolah yang terpapar jika ada penambahan kasus dan koordinasi dengan rumah sakit untuk penanganan pasien dengan baik,” jelasnya.

Terkait peristiwa Badan Gizi Nasional (BGN) menegur keras Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). BGN langsung memeriksa sampel makanan untuk mengetahui penyebab insiden keracunan tersebut.

“Uji laboratorium dilakukan terhadap bahan masakan hingga makanan yang disajikan kepada siswa,” kata Deputi Bidang Sistem dan Tata Kelola BGN, Tigor Pangaribuan dalam keterangan pada Selasa.

“Sampel makanan selalu ada. Kalau memang valid itu sampel makanan, misalnya ada tongkol yang kurang baik, maka kami melakukan teguran keras itu kepada Satuan Pelayanan jika melakukan hal tersebut,” sambung dia.

Tigor menambahkan, BGN bertanggung jawab dalam penanganan medis dan pembiayaan perawatan para korban keracunan MBG. Korban keracunan makanan akan mendapatkan asuransi untuk membayar biaya kesehatannya, melalui kerja sama BGN dengan Puskesmas di sana.

“Yang menjadi korban, diberikan asuransi untuk membayar biaya kesehatannya. Kami bekerja sama dengan Puskesmas (menanggung) seluruh biaya pengobatan itu oleh BGN,” ujar dia.

Di sisi lain, Tigor menyebut bahwa SPPG yang bertanggung jawab di sana akan diberikan lagi pelatihan, terutama bagian penjamah makanan, guna mencegah tidak lagi terjadi keracunan akibat MBG. Selain itu, BGN juga akan menyetop pemasok bahan makanan yang bersangkutan, apabila ditemukan bahan tidak segar atau kejanggalan lainnya.

“Kalau sumbernya itu dari bahan makanan, harus kami cek dari mana asal supplier-nya. Begitu kami tahu supplier-nya, maka kami akan berikan teguran ke supplier tersebut. Kalau tidak ada perbaikan, kami stop supplier tersebut,” tutur Tigor.

Kasus Keracunan MBG

Kasus keracunan MBG dilaporkan tidak hanya terjadi di Bogor. Kasus serupa juga terjadi di Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara, tepatnya di SDN 33 Kasipute pada Rabu, 23 April 2025.

Belasan murid muntah setelah mencium aroma amis dari paket MBG yang berisi nasi, chicken karaage, tahu goreng, dan sayur sop.

Kepala Sekolah SDN 33 Kasipute, Santi Jamal menyebut aroma tak sedap berasal dari ayam krispi yang sudah tidak layak konsumsi. Kepolisian mengonfirmasi ada 53 dari 1.026 paket makanan yang tidak segar.

Sebelum itu, pada 21 April 2025, keracunan massal juga dilaporkan terjadi di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, melibatkan 78 siswa dari MAN 1 dan SMP PGRI 1. Peristiwa itu menjadi bagian dari Kejadian Luar Biasa (KLB) yang ditetapkan pemerintah daerah, setelah total 176 warga mengalami gejala serupa akibat konsumsi makanan dari acara hajatan warga.

Sementara di Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, 29 siswa SD Katolik Andaluri dilarikan ke fasilitas kesehatan usai menyantap makanan MBG pada 18 Februari 2025. Para siswa dilaporkan mengalami gejala keracunan seperti mual dan muntah.

Insiden serupa juga terjadi di SDN Dukuh 03 Sukoharjo, Jawa Tengah, pada 16 Januari 2025. Sekitar sepuluh murid dari total 200 siswa yang menerima makanan MBG mengalami sakit perut dan mual usai makan. Kepala sekolah Lilik Kurniasih mengatakan, kasus tersebut langsung ditangani Puskesmas dan tidak ada siswa yang sampai harus dirawat di rumah sakit.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *