ABNnews – Ungkapan “manusia tidak pernah puas” merujuk pada sifat dasar manusia yang cenderung selalu menginginkan lebih, tidak pernah merasa puas dengan apa yang sudah dimiliki.
Sifat ini bisa dikaitkan dengan hedonisme, yaitu kecenderungan untuk mencari kesenangan dan kepuasan materi. Padahal ketidakpuasan ini dapat menyebabkan seseorang menjadi rakus, tamak, dan tidak bersyukur.
Hadis Nabi Muhammad SAW tentang dua lembah penuh harta yang tak pernah memuaskan manusia menggambarkan sifat dasar manusia yang terus menginginkan lebih.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Celakalah hamba dinar, hamba dirham, hamba pakaian dan hamba mode. Jika diberi, ia ridho. Namun jika tidak diberi, ia pun tidak ridho”. (HR. Bukhari no. 6435)
Dari Ibnu ‘Abbas, ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya manusia diberi dua lembah berisi harta, tentu ia masih menginginkan lembah yang ketiga. Yang bisa memenuhi dalam perut manusia hanyalah tanah. Allah tentu akan menerima taubat bagi siapa saja yang ingin bertaubat.” (HR. Bukhari no. 6436)
Dari Ibnu ‘Abbas, ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya manusia memiliki lembah berisi harta, tentu ia masih menginginkan harta yang banyak semisal itu pula. Mata manusia barulah penuh jika diisi dengan tanah. Allah tentu akan menerima taubat bagi siapa saja yang ingin bertaubat.” (HR. Bukhari no. 6437)
Perilaku Korupsi
Sifat tidak pernah puas ini juga dapat menjadi salah satu faktor yang mendorong perilaku korupsi, karena adanya keinginan untuk mendapatkan lebih banyak harta dan kekuasaan.
Solusi untuk mengatasi sifat tidak pernah puas ini adalah dengan meningkatkan kesadaran akan pentingnya bersyukur, hidup sederhana, dan berbuat baik kepada sesama.
Ingat akan kematian dan ajalnya yang dekat dapat membantu manusia untuk lebih bersyukur dan tidak terlalu terikat pada duniawi. Wallohu a’lambishshawab/H Ali Akbar Soleman Batubara/dari berbagai sumber