banner 728x250

Redam Kenaikan Harga Jelang Ramadhan, Ketum APKLI: Gelar Operasi Pasar, Gebuk Spekulan dan Penimbun Pangan

Ketua Umum Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia (APKLI), Ali Mahsun Atmo. (Foto: istimewa)

ABNnews — Kenaikan harga pangan atau bahan pokok (bapok) jadi persoalan klasik setiap tahun, terutama menjelang bulan Ramadhan dan Lebaran Idul Fitri serta Hari Besar Keagamaan lainnya. Seminggu jelang bulan Ramadhan 2025, masyarakat mulai merasakan persoalan kenaikan harga pangan.

Seturut Panel Harga Bapanas, Minggu (23/02), harga beras premium di tingkat konsumen berada di level Rp15.503 per kilogram (kg) atau naik tipis 0,09% dibandingkan hari sebelumnya sebesar Rp15.506 per kg.

Harga beras medium dipatok sebesar Rp13.636 per kg atau naik 0,24% dibanding hari sebelumnya sebesar Rp13.603 per kg. Kemudian, harga beras SPHP dibanderol Rp12.521 per kg atau naik tipis 0,01% dibanding hari sebelumnya sebesar Rp12.520 per kg.

Bapanas juga merekam harga cabai bervariasi. Harga cabai merah keriting naik 0,31% menjadi Rp49.418 per kg, dan cabai rawit merah naik signifikan 4,92% menjadi Rp67.661 per kg.

Kemudian, harga daging ayam ras naik 0,64% menjadi Rp35.736 per kg dan telur ayam ras naik 0,93% menjadi Rp29.508 per kg.

Sedangkan harga minyak goreng tercatat bervariasi. Minyak goreng kemasan pagi ini tercatat turun 0,01% menjadi Rp20.445 per liter, sedangkan minyak goreng curah turun 0,13% menjadi Rp17.840 per liter.

Harga Minyakita, meski masih di atas harga eceran tertinggi (HET) yang dipatok pemerintah Rp15.700 per liter, turun tipis 0,03% menjadi Rp17.645 per liter.

Data-data tersebut jelas membuat kondisi perekonomian masyarakat tertekan jelang Ramadhan 2025. Untuk mengatasi persoalan tersebut, Ketua Umum Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia (APKLI) Ali Mahsun Atmo meminta pemerintah untuk segera bertindak.

Salah satunya dengan menggelar operasi pasar, kata Ali Mahsun dalam perbincangan dengan rmol.id, yang dikutip pada Senin (24/02). “Pemerintah harus menggelar operasi pasar guna menekan kenaikan harga kebutuhan pokok. Operasi pasar efektif untuk menekan kenaikan harga komoditas pangan,” katanya, mengawali perbincangan.

Secara rinci, ia minta Pemerintah melakukan operasi pasar besar-besaran selama Ramadhan dan Idul Fitri. “Hal itu (operasi pasar, red) sebagai jaminan bahwa rakyat mendapatkan kebutuhan pangan dengan harga stabil. Kalaupun ada kenaikan, tidak tinggi, yang wajar-wajar saja,” kata Ali.

Ia meyakini operasi pasar besar-besaran akan efektif dalam menstabilkan harga. Meski demikian, hal terpentingnya adalah  Pemerintah mampu menjamin ketersediaan pangan. “Sebab ada operasi pasar, tapi kalau ketersediaan di lapangan tidak ada, tidak ada artinya,” ucapnya.

Lebih jauh, pria yang juga pernah menjabat sebagai Ketua Umum Bakornas LKMI PBHMI 1995-1998 ini menyoroti soal harga-harga yang mulai merangkak naik. Hal itu tak terlepas dari teori suplai dan deman. Namun ia juga tak memungkiri ada “pemain” yang memanfaatkan situasi.

“Hukum ekonomi atau hukum pasar itu berlaku dalam kenyataan di lapangan. Ketika permintaan tinggi menjelang Ramadhan, akan terjadi kenaikan harga. Tapi, saya tidak bisa menampik bahwa jika ada event-event besar, ada potensi memainkan harga pangan,” papar Presiden Kawulo Alit Indonesia (KAI) ini.

“Sejauh ini saya belum tahu, apakah ada spekulan atau tidak. Tapi, jika ada permainan, saya minta kepada Pemerintah, khususnya penegak hukum untuk menegakkan hukum dengan tegas. Tidak usah pandang bulu. Kalau ada penimbunan bahan pangan, tindak tegas saja. Gebuk,” tukasnya.

Menurutnya, tindakan terhadap oknum spekulan bisa menjaga stabilitas harga sekaligus ketersediaan pangan je­lang. “Terlebih, pemerintah telah mengeluarkan ancaman terhadap penjual yang menjual kebutuhan pokok di atas harga eceran (HET) tertinggi,” ucapnya.

Menghadapi Ramadan, Ali ber­harap Pemerintah dan DPR memantau betul kenaikan harga pangan. Jangan sampai Pemerintah dan DPR kalah dari spekulan. Ia berharap Pemerintah dapat menjamin stabilitas harga dan ketersediaan pangan dengan operasi pasar besar-besaran selama Ramadhan

“Bukan hanya sekadar menyampaikan pernyataan akan melakukan operasi pasar. Tapi lakukan operasi pasar besar-besaran untuk menjaga ketersediaan dan stabilitas harga yang terjangkau masyarakat. Tegakkan hukum setegak-tegaknya. Kalau ada yang menimbun, umumkan kepada publik,” pungkasnya.

Diketahui, dalam kunjungan Komisi IV DPR RI di Pasar Gede Solo, Jawa Tengah, terungkap bahwa harga pangan mulai merangkak naik jelang bulan Ramadhan. Rombongan yang dipimpin Wakil Ketua Komisi IV, Abdul Kharis Almasyhari ini mendapati beberapa komoditas, harganya naik. Salah satunya adalah harga daging ayam.

Atas kenaikan harga, pengamat ekonomi, Salamuddin Daeng menilai, perekonomian masyarakat tertekan jelang Ramadhan 2025.

Salamuddin menyampaikan itu dalam diskusi Dialektika Demokrasi di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (20/2/2025). Dialog bertema “Antisipasi Lonjakan Harga Sembako Jelang Puasa” ini, dihadiri Anggota Komisi VI DPR Herman Khaeron.

Salamuddin menyarankan Pemerintah mengeluarkan serangkaian kebijakan strategis untuk menjaga stabilitas dan meningkatkan daya beli masyarakat, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, yakni optimalisasi penyaluran bansos pada Februari dan Maret 2025 dipercepat.

“Seandainya ada satu kebijakan yang bisa memompa daya beli, maka saya perkirakan itu tinggal satu, yaitu bansos kalau memang mau diturunkan sekarang. Karena, perputaran uang lemah saat ini,” pungkas Salamuddin.

Sementara anggota Komisi VI DPR, Herman Khaeron menganggap, kenaikan harga menjelang puasa merupakan hal yang lumrah. Asalkan, kenaikan itu dalam batas wajar.
***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *