banner 728x250

Android 13 ke Bawah Jadi Sasaran Empuk Hacker, Pengguna Diminta Segera Update

Ilustrasi: Update OS Android. (SecurityWeek).

ABNnews- Pengguna ponsel Android, khususnya yang masih menggunakan sistem operasi lawas, diminta waspada dan segera melakukan pembaruan. Pasalnya, laporan terbaru mengungkap lebih dari 1 miliar HP Android berpotensi rawan diretas karena masih aktif digunakan, tetapi sudah tidak lagi menerima pembaruan sistem operasi maupun patch keamanan.

Kondisi ini kerap tidak disadari pengguna lantaran ponsel masih berfungsi normal dan nyaman dipakai. Padahal, tanpa pembaruan keamanan, perangkat menjadi lebih rentan terhadap berbagai celah yang bisa dimanfaatkan peretas.

Seperti diberitakan Kompas.com, data GlobalStats dari perusahaan analitik StatCounter menunjukkan, per November 2025 hampir 35% pengguna Android di dunia masih menjalankan Android 13 atau versi yang lebih lama.

Rinciannya, sekitar 14,99% perangkat masih menggunakan Android 13, disusul Android 12 sebesar 10,88%, serta Android 11 sebesar 8,98%. Jika ditotal, sebanyak 34,85% perangkat Android aktif masih mengandalkan sistem operasi lawas.

Sebagai catatan, Android 13 pertama kali dirilis pada 2022, Android 12 pada 2021, dan Android 11 pada 2020. Sementara itu, ponsel Android terbaru saat ini telah menjalankan Android 15 atau Android 16.

Dengan estimasi jumlah pengguna Android global mencapai sekitar 3,9 miliar, maka sekitar 1,35 miliar perangkat diperkirakan tidak lagi menerima patch keamanan dari Google. Angka tersebut dinilai realistis mengingat sebagian besar ponsel Android umumnya hanya mendapat dukungan pembaruan sistem operasi selama dua hingga tiga generasi.

Kondisi ini membuat perangkat Android semakin rentan terhadap berbagai ancaman siber. Perusahaan keamanan siber Zimperium mencatat, lebih dari 50% perangkat mobile setiap tahunnya masih menjalankan sistem operasi lawas, dan sebagian di antaranya sudah terinfeksi.

Risiko tersebut kian besar karena setiap pembaruan keamanan Android biasanya menutup puluhan hingga ratusan celah sekaligus. Sebagai contoh, pembaruan keamanan Android pada Desember lalu menambal sebanyak 107 kerentanan. Artinya, ponsel yang tidak lagi menerima update akan terus menyimpan celah keamanan dan berpotensi menjadi sasaran pencurian data, kata sandi, hingga informasi pribadi.

Sebagai perbandingan, StatCounter mencatat sekitar 90% iPhone aktif di dunia masih menerima dukungan software dari Apple. Artinya, hanya sekitar 10% perangkat iPhone yang sudah tidak lagi mendapat pembaruan, jauh lebih kecil dibandingkan Android.

Perbedaan ini terjadi karena iPhone dikembangkan dan didistribusikan oleh satu perusahaan, sehingga pembaruan sistem dapat diberikan secara serentak dan dalam jangka waktu lebih panjang. Sementara itu, ekosistem Android melibatkan ratusan produsen ponsel dengan kebijakan pembaruan yang berbeda-beda, membuat banyak perangkat berhenti mendapat update hanya dalam beberapa tahun.

Karena itu, pakar keamanan menyarankan pengguna Android untuk memastikan perangkatnya masih menerima pembaruan rutin, menghindari instalasi aplikasi dari sumber tidak resmi, serta mempertimbangkan mengganti ponsel jika dukungan software telah berakhir.

Pengguna dapat mengecek versi Android di ponsel dengan membuka menu Settings/Pengaturan, lalu memilih About Phone/Tentang Ponsel, dan melihat informasi pada Android Version/Versi Android.

Jika perangkat masih menggunakan Android 13 atau lebih lama, pengguna disarankan segera melakukan update apabila tersedia. Jika tidak lagi kompatibel, mengganti perangkat dengan model yang lebih baru menjadi langkah paling aman.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *