ABNnews — Pelabuhan kontingensi milik PT Wijaya Karya Beton Tbk (WIKA Beton) di Lampung Selatan mencatat performa signifikan dalam mendukung arus penyeberangan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025-2026.
Berdasarkan rekap data operasional hingga 29 Desember 2025, pelabuhan yang berjarak sekitar 3 kilometer dari Pelabuhan Bakauheni ini telah melayani 17.648 penumpang dan kendaraan, terdiri dari 9.996 orang, 5.251 sepeda motor, dan 2.401 kendaraan besar.
Dalam periode 20–29 Desember, pelabuhan ini melayani 67 trip kapal penyeberangan rute Ciwandan–Merak. Lima kapal utama yang bersandar secara bergantian adalah Rishel, Royce I, Wira Artha, Trimas Fhadila, dan ALS Elvina. Pola pergerakan muatan menunjukkan peningkatan stabil menjelang Hari Natal, lalu berlanjut dengan aktivitas padat hingga memasuki masa libur Tahun Baru.
Puncak Arus di Hari Natal
Puncak arus tertinggi tercatat pada 25 Desember 2025. Pada hari itu, salah satu trip kapal Royce I mengangkut 388 penumpang, 213 sepeda motor, dan 36 kendaraan besar, atau total 637 muatan dalam satu kali perjalanan—tertinggi sepanjang periode Nataru tahun ini di Pelabuhan WIKA Beton.
Trip lain di hari yang sama menunjukkan volume yang tidak kalah padat, dengan kapal Trimas Fhadila mengangkut 345 orang, 226 sepeda motor, dan 37 kendaraan besar (total 608 muatan), sementara Wira Artha membawa 251 orang, 144 sepeda motor, dan 35 kendaraan besar (430 muatan).
Jika pada hari-hari biasa rata-rata muatan berkisar 150–280 per trip, pada 25 Desember terdapat beberapa trip dengan total di atas 400 hingga lebih dari 600 muatan. Pola ini menegaskan peran Pelabuhan WIKA Beton sebagai katup pengaman saat terjadi lonjakan pemudik dan kendaraan logistik di lintasan Merak–Bakauheni.
Dari Pelabuhan Industri Menjadi Gerbang Transportasi Publik
Pelabuhan WIKA Beton pada awalnya dirancang sebagai pelabuhan industri untuk mendukung operasional pabrik produk beton di pesisir Lampung Selatan.
Namun mulai musim angkutan Nataru 2024–2025, pelabuhan ini difungsikan sebagai pelabuhan kontingensi untuk membantu mengurai kepadatan di Pelabuhan Bakauheni, dan kembali diaktifkan untuk Nataru 2025–2026 berdasarkan keputusan pemerintah yang mengatur pemanfaatan pelabuhan alternatif.
Pada Nataru 2025–2026, pelabuhan ini dioperasikan untuk kendaraan Golongan II (sepeda motor kecil dan gerobak dorong), Golongan III (sepeda motor besar dan kendaraan roda tiga), serta Golongan VIB (mobil barang, truk, tangki, dan kereta penarik tanpa gandengan).
Segmen layanan yang spesifik ini memungkinkan pemisahan arus kendaraan logistik dan roda dua dari antrean di Pelabuhan Bakauheni, sehingga distribusi lalu lintas menjadi lebih terkendali.
Kontribusi Ekosistem Danantara pada Konektivitas
Sebagai bagian dari ekosistem Danantara BUMN karya, WIKA Beton dikenal sebagai produsen beton pracetak terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara, dengan jaringan pabrik dan fasilitas pendukung yang tersebar di berbagai wilayah.
Pemanfaatan pelabuhan industri menjadi pelabuhan kontingensi pada periode puncak seperti Lebaran dan Nataru memperlihatkan penggunaan aset perusahaan yang memberikan nilai tambah sosial untuk mendukung kepentingan publik, di luar fungsi bisnis inti.
Pengoperasian Pelabuhan WIKA Beton juga sejalan dengan kebijakan nasional yang mendorong penguatan konektivitas antarwilayah melalui optimalisasi infrastruktur eksisting, terutama di koridor strategis Jawa–Sumatera.
Di tengah proyeksi pergerakan 119,5 juta pemudik selama Nataru 2025–2026, keberadaan pelabuhan kontingensi seperti ini membantu menjaga kelancaran logistik, mengurangi risiko penumpukan di pelabuhan utama, serta memperkuat ketahanan sistem transportasi nasional.
Pelabuhan WIKA Beton dijadwalkan tetap beroperasi hingga 4 Januari 2026. Hingga akhir Desember, arus penyeberangan di lintasan Merak–Bakauheni dan pelabuhan pendukungnya dilaporkan berlangsung aman dan relatif lancar, meski periode libur akhir tahun masih berlangsung.
***













