ABNnews – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memperkuat kemitraan strategis dengan Federasi Rusia melalui penyelenggaraan Indonesia–Russia Business Forum dan sesi Business Matching di Moscow. Agenda ini menjadi bagian dari persiapan Indonesia sebagai Partner Country INNOPROM 2026, sekaligus tindak lanjut kolaborasi kedua negara di bawah Forum BRICS.
“Indonesia dan Rusia telah membangun hubungan jangka panjang yang dilandasi saling menghormati dan dialog konstruktif, dan terus berkembang menjadi kolaborasi konkret di bidang industri, perdagangan, teknologi, dan pendidikan,” ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Moscow, Senin (9/12).
Menperin menjelaskan forum tersebut menjadi ruang untuk menyelaraskan agenda strategis industri kedua negara yang telah berlangsung sepanjang 2025, termasuk hasil pertemuan BRICS Industry Ministers Meeting di Brasilia dan persiapan teknis menuju INNOPROM 2026. Menurutnya, rangkaian kegiatan ini menunjukkan komitmen Indonesia untuk memainkan peran lebih besar dalam arsitektur industri global.
Hubungan Indonesia–Rusia disebut terus menguat. Pertemuan Presiden Prabowo Subianto dengan Presiden Vladimir Putin di St. Petersburg pada Juni 2025 membuka peluang baru bagi kerja sama industri, perdagangan, dan investasi. Indonesia juga menantikan rencana kunjungan balasan Putin ke Jakarta yang diharapkan memperdalam kolaborasi kedua negara.
Dari sisi ekonomi, Menperin menyebut kerja sama kedua negara memiliki landasan kuat. Pada 2024, total perdagangan bilateral nonmigas mencapai USD 3,9 miliar, naik 18,69% dibanding 2020.
Hingga Oktober 2025, angkanya meningkat menjadi USD 4,04 miliar, sementara investasi Rusia di Indonesia pada 2024 tercatat USD 262,7 juta. Data ini menjadi indikator bahwa potensi kerja sama industri masih bisa ditingkatkan jauh lebih besar.
Di forum tersebut, Kemenperin menegaskan Indonesia dan Rusia memiliki kesesuaian agenda pada dua platform utama: INNOPROM 2026 dan Forum BRICS. Indonesia akan memanfaatkan INNOPROM untuk memamerkan kemampuan manufaktur nasional sekaligus membuka peluang kerja sama industri.
Sementara di BRICS, Indonesia mendukung penguatan kolaborasi di bidang transformasi digital industri, pengembangan SDM, teknologi mobilitas baru, kecerdasan buatan, dan ekonomi hijau melalui BRICS Centre for Industrial Competences (BCIC).
Salah satu capaian penting dalam Business Matching kali ini adalah penandatanganan MoU antara Himpunan Kawasan Industri (HKI) dengan dua mitra strategis Rusia, yakni Association of Industrial Parks of Russia (AIP) dan Foreign Trade Centre (FTC).
MoU ini mencakup pengembangan kawasan industri, pertukaran informasi investasi, peningkatan kapasitas manajemen zona industri, hingga penjajakan proyek co-development antara pelaku industri Indonesia dan Rusia. Kesepakatan ini disebut menjadi fondasi baru bagi integrasi rantai pasok serta perluasan investasi kedua negara.
Selain itu, sejumlah kerja sama lain tengah difinalisasi, termasuk MoU Kerja Sama Industri, riset penggunaan aman krisotil, serta penguatan kolaborasi di sektor galangan kapal. Dokumen-dokumen ini ditargetkan dapat memperkuat struktur industri dan meningkatkan kapasitas produksi kedua negara dalam jangka panjang.
Menutup sambutannya, Menperin mengajak seluruh peserta forum memanfaatkan momentum ini untuk memperluas jejaring, memperdalam dialog bisnis, dan mempercepat kolaborasi industri yang saling menguntungkan.
“Indonesia siap bekerja lebih erat dengan mitra Rusia untuk mewujudkan pertumbuhan industri yang inklusif, berkelanjutan, dan berdaya saing global,” ujar Menperin.













