ABNnews – Hadits Nabi Muhammad SAW dalam Sahih Bukhari dan Muslim menyatakan: “Tidak akan menimpa suatu musibah pun, kecuali karena dosa-dosa kita.”
Hal ini menegaskan bahwa bencana alam sering kali terjadi sebagai konsekuensi dari dosa-dosa manusia, yang mencerminkan aspek moral dan spiritual dari penyebabnya.
Bencana alam antara lain ada dalam beberapa ayat dan surah Al-Qur’an. Di antaranya yaitu Surah Al-An’am ayat 65, Surah Al-A’raf ayat 78 dan 155, dan Surah Al-‘Ankabut ayat 37.
Dilansir dari wikipedia.org, Surah Al-An’am ayat 65 mengisyaratkan adanya siksaan dari Allah melalui apa yang ada di atas manusia maupun di bawah kaki manusia. Ayat ini ditujukan kepada manusia yang tidak mengimani Al-Qur’an sebagai kitab suci.
Surah Al-A’raf ayat 78 menjelaskan bahwa gempa bumi menjadikan manusia yang bertempat tinggal menjadi gelimpangan mayat-mayat. Ayat ini berkaitan dengan pengingkaran kenabian Nabi Saleh.
Surah Al-A’raf ayat 155 menyebutkan informasi bahwa Nabi Musa dan 70 pengikutnya yang beriman merasakan gempa bumi ketika sedang meminta pertobatan kepada Allah. Ayat ini berkaitan dengan penyembahan patung anak lembu.
Sedangkan Surah Al-Ankabut ayat 37 menyebutkan siksaan kepada kaum Nabi Syuaib akibat menolak kenabiannya. Mereka mati bergelimpangan akibat gempa bumi di tempat tinggalnya.
Bencana alam bisa menimpa pada berbagai tingkat, mulai yang kecil, sedang, dan besar sebagai salah satu tanda kekuasaan Allah. Padanya ada teguran Allah yang dibaliknya ada kebijaksanaan Allah kepada manusia.
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (QS Ar Rum :41).” (QS, Ar Rum : 41)
Pada lain tempat dalam Al Qur’an Allah SWT berfirman :”Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya)….” (QS. Al Anbiya : 35). Artinya, pada tiap bencana tentu ada ujian, baik kepada yang terkena maupun kepada yang tidak terkena bencana.
Saat mendapat musibah bencana, umat muslin harus menerima dan ridha atas ketetapan Allah, tak pantas marah dan mencela namun hadapi dengan ikhlas, sabar , lapang dada tidak berkeluh kesah dan larut dalam kesedihan. Juga jangan berburuk sangka dan meyakini bahwa Allah Ta’ala suatu saat akan menggantinya dengan kebaikan.
Sesungguhnya, musibah merupakan ujian Allah demi menaikkan derajat hamba-Nya melalui shabar atau melalui peduli. Dan itu sudah ditulis sebagai cerita hidup manusia, Sebagaimana Allah berfirman, “Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. Al-Hadid: 22). Wallohua’lambishshawab/H Ali Akbar Soleman Batubara













