ABNnews – Indonesia dan Tiongkok menegaskan posisi strategis mereka dalam membentuk masa depan ekonomi Asia. Indonesia hadir dengan kekuatan sumber daya alam, stabilitas ekonomi, hingga bonus demografi, sementara Tiongkok membawa teknologi canggih, manufaktur kuat, dan jejaring bisnis global.
“Kerja sama kita tidak hanya menghubungkan dua negara, tetapi dua ekosistem ekonomi yang saling melengkapi,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam China-Indonesia Industrial Collaboration Conference 2025 di Jakarta, Kamis (4/12/2025).
Airlangga memaparkan bahwa perekonomian Indonesia masih berada di jalur yang solid. Pada triwulan III-2025, pertumbuhan ekonomi mencapai 5,04% (yoy), bahkan lebih tinggi dibanding beberapa negara G20 seperti Tiongkok (4,8%), Amerika Serikat (1,9%), hingga Korea Selatan (1,7%).
Inflasi November juga terjaga di 2,72%, sementara neraca perdagangan tetap surplus mencapai USD 2,39 miliar pada Oktober 2025.
Tak hanya itu, sektor manufaktur terus menguat. Indeks PMI Manufaktur naik ke 53,3 pada November 2025—level tertinggi sejak Februari.
Transformasi digital juga ikut menjadi sorotan. Saat ini, QRIS telah menghubungkan 57 juta pengguna dengan 39 juta pelaku usaha, mayoritas UMKM.
“Ekonomi digital Indonesia sudah mencapai USD90 miliar pada 2024, dan akan melesat ke USD360 miliar pada 2030. Masa depan ASEAN itu digital, dan Indonesia memimpinnya,” tegas Airlangga.
Sepanjang Januari-September 2025, investasi yang masuk mencapai Rp 1.434,3 triliun, atau 75,3% dari target tahunan, sekaligus membuka 1,95 juta lapangan kerja baru.
Sektor hilirisasi juga kian digenjot dengan investasi mencapai Rp 431,4 triliun, tumbuh 58,1% (yoy). Sementara Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) menyerap investasi hingga Rp 294,4 triliun dengan lebih dari 187 ribu pekerja.
Airlangga menegaskan bahwa forum kerja sama Indonesia-Tiongkok ini membuka peluang besar dalam sektor masa depan, seperti: fotovoltaik dan pemrosesan silika, semikonduktor, AI dan bioteknologi, baterai kendaraan listrik serta stainless steel berteknologi tinggi. Sektor-sektor itu dinilai krusial dalam mendorong transformasi Indonesia menjadi ekonomi modern.
Airlangga juga mendorong perluasan akses pembelajaran daring, termasuk bagi pekerja migran Indonesia di luar negeri.
“Saya sedang berdiskusi dengan beberapa universitas. Semoga para pekerja migran bisa ikut meningkatkan kompetensi lewat platform belajar online,” ujarnya.
Airlangga menegaskan bahwa kerja sama Indonesia-Tiongkok harus menghasilkan dampak konkret bagi kedua negara.
“Forum ini harus menjadi katalis untuk investasi berkualitas tinggi dan masa depan kemajuan bersama,” tutupnya.













