banner 728x250

Pendapatan Pasar Kosmetik Indonesia Melejit Rp35,6 Triliun, Ini Segmen Paling Mencetak Uang

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam acara Opening Ceremony Jakarta X Beauty 2025 di Jakarta, Kamis (4/12).

ABNnews – Industri kecantikan nasional mencatatkan kinerja luar biasa dan menjadi motor penting pertumbuhan ekonomi. Didukung pesatnya digitalisasi dan pergeseran preferensi konsumen, sektor ini menunjukkan pertumbuhan signifikan, bahkan double digit.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto tak segan memuji dinamika sektor ini saat menyampaikan keynote speech pada Opening Ceremony Jakarta X Beauty 2025 di Jakarta, Kamis (4/12).

“Ini sesuatu hal yang luar biasa karena dipertontonkan ke publik dalam sebuah pameran kreatifitas dan inovasi daripada anak-anak muda. Dan memang industri kosmetik, wellness, itu tumbuhnya double digit,” ungkap Menko Airlangga.

Skincare dan Makeup Jadi Kontributor Dominan!

Data menunjukkan, industri kosmetik nasional mencatatkan pendapatan pasar fantastis. Sepanjang tahun 2025, pendapatan pasar kosmetik Indonesia mencapai sekitar Rp 35,6 triliun dan diproyeksikan tumbuh sebesar 4,73% per tahun.

Segmen yang menjadi kontributor dominan, atau yang paling banyak mencetak uang, adalah personal care, skincare, dan makeup. Kinerja positif ini sejalan dengan meningkatnya kebutuhan perawatan diri dan kesadaran konsumen terhadap kualitas produk.

Selain itu, konsumsi masyarakat pada kategori pakaian, alas kaki, dan jasa perawatan diri turut menjadi penopang pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2025, melonjak dari 2,91% (Q2-2025) menjadi 4,21% (Q3-2025).

Pertumbuhan pesat ini didukung penuh oleh peran generasi muda sebagai entrepreneur, penggerak tren, dan pencipta konten di media sosial.

Menko Airlangga mengapresiasi dinamika ini, namun mengingatkan bahwa kualitas dan keamanan produk menjadi faktor krusial yang harus dijaga pelaku usaha.

Dalam upaya memonitor dan mengoptimalkan potensi industri, Pemerintah bersama Badan Pusat Statistik (BPS) menyiapkan langkah strategis untuk memperbaiki pencatatan data. Salah satunya melalui pemecahan Harmonized System (HS) Number atau International Standard Industrial Classification (ISIC) khusus bagi produk inovasi dalam negeri yang masih melakukan contract manufacturing di luar negeri (seperti Korea atau China).

“Dan kebijakan ini akan mulai berlaku tahun depan menjadi salah satu source yang luar biasa sebelum full diproduksi di dalam negeri,” tutup Menko Airlangga.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *