banner 728x250

Investor Global Pilih Manufaktur RI! Menperin: Efeknya 12 Kali Lebih Besar dari Jawa

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita (Foto dok Kemenperin)

ABNnews — Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyebut arah investasi nasional pada 2026 akan semakin bertumpu pada sektor industri manufaktur. Hal ini mengikuti pergeseran struktur Penanaman Modal Asing (PMA) yang kini semakin dominan mengalir ke sektor sekunder.

Agus menilai perubahan ini menjadi fondasi penting dalam memperkuat struktur industri nasional dan mempercepat agenda industrialisasi pemerintah.

“Data terbaru menunjukkan arus investasi asing kini semakin kuat mengarah ke industri manufaktur seperti logam, kimia, mesin, dan elektronik. Ini membuktikan kebijakan industrialisasi Presiden Prabowo sudah berada di jalur yang tepat, dan semakin menarik minat investor global,” ujar Agus dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (25/11).

Riset BRI Danareksa Sekuritas mencatat bahwa peran sektor manufaktur dalam perekonomian Indonesia semakin menguat sejak tahun pertama pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Hal itu terlihat dari komposisi PMA hingga kuartal III 2025 yang kini didominasi sektor industri pengolahan.

Dalam riset tersebut, komposisi PMA ke sektor sekunder meningkat tajam dari 35,3% pada 2018 menjadi 59,6% pada Januari–September 2025. Kenaikan ini disebut selaras dengan perkembangan ekosistem industrialisasi nasional, di mana aktivitas nilai tambah semakin bertumpu pada pengolahan berbasis klaster industri, bukan lagi hanya pada ekstraksi bahan mentah.

Agus menegaskan tren ini sekaligus menjadi sinyal positif bagi perluasan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di berbagai wilayah. “Kita melihat percepatan industrialisasi di Sulawesi, Maluku, Kalimantan, dan wilayah lain. Pemerintah akan terus menjaga momentum ini agar pemerataan pembangunan semakin optimal,” katanya.

Riset yang sama mengungkap fakta mencolok: setiap investasi asing senilai Rp1 triliun di luar Jawa mampu menghasilkan tambahan Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar Rp1,76 triliun. Sebagai perbandingan, nominal investasi yang sama di Jawa hanya menciptakan tambahan PMTB sekitar Rp140 miliar.

Agus menyebut perbedaan ini menunjukkan adanya multiplier effect yang jauh lebih besar ketika investasi diarahkan ke luar Jawa, terutama karena wilayah-wilayah tersebut masih membutuhkan modal dan infrastruktur industri yang lebih besar.

Untuk menjaga momentum positif ini, Agus memastikan pemerintah terus menyiapkan stimulus dan kemudahan bagi pelaku usaha. “Kami memahami korporasi masih menunggu visibilitas permintaan yang lebih kuat. Karena itu, Kemenperin tengah menyiapkan berbagai insentif agar ekspansi investasi kembali meningkat dalam beberapa kuartal ke depan,” ujarnya.

Ia menambahkan pemerintah berkomitmen menjadikan Indonesia sebagai salah satu tujuan utama investasi manufaktur di Asia. “Transformasi industri, peningkatan kualitas SDM, dan pengembangan industri bernilai tambah tinggi menjadi prioritas untuk memperkuat ekosistem industri hulu hingga hilir,” tegasnya.

Dari sisi analis, Chief Economist dan Head of Fixed Income Research BRI Danareksa Sekuritas Helmy Kristanto menyebut tren dominasi manufaktur membawa dampak besar bagi pemerataan kesejahteraan di daerah.

“PMA di sektor manufaktur meningkatkan PMTB dan memperluas manfaat regional, dengan wilayah luar Jawa sebagai penerima dampak terbesar. Ini mencerminkan kebutuhan modal yang lebih besar sekaligus percepatan pembangunan klaster industri baru,” ujarnya.

Helmy juga menilai ada tiga faktor kunci yang perlu diperhatikan untuk menjaga momentum investasi, yakni siklus belanja modal, tingkat utilisasi kapasitas industri, dan pertumbuhan upah minimum.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *