ABNnews – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memacu kekuatan industri otomotif nasional agar makin moncer sebagai salah satu motor penggerak ekonomi Indonesia. Salah satu langkah strategis dilakukan melalui dukungan penuh terhadap gelaran pameran otomotif GAIKINDO Jakarta Auto Week (GJAW) 2025 yang resmi dibuka di ICE BSD, Tangerang, Jumat (21/11).
“GJAW menjadi wadah strategis untuk menampilkan inovasi industri otomotif nasional sekaligus memperluas penggunaan kendaraan rendah emisi. Kami berharap ajang ini tidak hanya meningkatkan daya saing, tetapi juga menarik investasi baru sektor otomotif,” ujar Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Setia Diarta mewakili Menteri Perindustrian.
Pertumbuhan sektor manufaktur kembali menunjukkan tren positif. Berdasarkan data BPS Triwulan III 2025, sektor Industri Pengolahan Nonmigas tumbuh 5,58% (YoY), menyalip pertumbuhan ekonomi nasional yang berada di angka 5,04%. Sektor ini juga menyumbang porsi terbesar terhadap PDB mencapai 17,39%, meningkat dari 16,92% pada periode sebelumnya.
Tak hanya itu, laporan Manufacturing Value Added (MVA) dari World Bank memperlihatkan posisi Indonesia semakin kuat. Pada 2024, Indonesia bertengger di peringkat ke-13 dunia dan nomor satu di ASEAN dengan nilai MVA USD 265,07 miliar, menyalip rata-rata global USD 78,73 miliar. Indonesia kini berada sejajar dengan negara industri mapan seperti Inggris, Rusia, dan Prancis.
Setia menegaskan, laju otomotif berperan vital dalam capaian manufaktur tersebut. Pada Triwulan III 2025, kontribusi subsektor otomotif mencapai 1,28% terhadap PDB nasional. Saat ini Indonesia memiliki 39 pabrikan kendaraan roda empat dengan kapasitas produksi 2,39 juta unit per tahun, serta 82 pabrikan roda dua dan tiga dengan kapasitas 11,2 juta unit per tahun.
Data Januari–September 2025 menunjukkan produksi kendaraan roda empat mencapai 0,85 juta unit, dengan ekspor Completely Built Up (CBU) 0,38 juta unit atau hampir 45% total produksi. Untuk kendaraan roda dua dan tiga, produksinya mencapai 5,25 juta unit, dengan ekspor 0,41 juta unit.
Melihat pasar domestik, ruang pertumbuhan dinilai sangat besar. Rasio kepemilikan mobil (COR) Indonesia baru 99 per 1.000 penduduk, jauh di bawah Malaysia (490), Thailand (275), dan Singapura (211) berdasarkan Vehicles in Use 2024 – OICA.
Dari sisi hilirisasi, investasi kendaraan listrik juga semakin menggeliat. Total investasi mobil, bus, dan roda dua–tiga listrik telah menembus Rp 5,76 triliun. Kapasitas produksi nasional kini mencapai 110.660 unit mobil listrik per tahun, 4.100 unit bus listrik per tahun, serta 2,51 juta unit roda dua dan tiga listrik per tahun.
“Sejak 2022 sampai September 2025, produksi kendaraan rendah emisi karbon (LCEV) sudah mencapai 878 ribu unit. Ini melibatkan 274 industri komponen lokal dan menyerap 182.348 tenaga kerja. Kami optimis tren ini terus melesat,” terang Setia.
Untuk memperkuat ekosistem kendaraan listrik, pemerintah juga menetapkan aturan TKDN minimum: 40% hingga 2026, 60% pada 2027–2029, dan 80% mulai 2030. Saat ini sudah terdapat tujuh produsen kendaraan listrik yang memenuhi TKDN 40–80%.
Berbagai insentif juga dipacu, mulai dari PPnBM DTP untuk kendaraan hybrid hingga PPN DTP bagi kendaraan listrik, demi mendorong pabrikan terus meningkatkan investasi dan ekspor.
“Kami memberikan dukungan penuh terhadap penyelenggaraan GAIKINDO Jakarta Auto Week 2025. Semoga ajang ini menjadi katalis kuat bagi pertumbuhan otomotif nasional sekaligus ekonomi Indonesia,” tutup Setia.
Sementara itu, Ketua Umum GAIKINDO, Putu Juli Ardika, melaporkan bahwa GJAW 2025 menghadirkan lebih dari 80 brand yang terdiri dari 33 merek kendaraan penumpang, 2 karoseri, 10 merek roda dua, serta lebih dari 40 brand pendukung industri otomotif.
“GJAW bukan hanya panggung promosi teknologi terbaru, tetapi juga upaya edukasi publik untuk menyambut era kendaraan rendah emisi,” kata Putu.













