ABNnews – PT Pelayaran Nasional Indonesia atau PT PELNI (Persero) makin tancap gas mempersiapkan keselamatan jelang lonjakan penumpang Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru).
Salah satunya dengan menggelar Workshop Keselamatan Awak Buah Kapal (ABK) langsung di atas KM Labobar selama pelayaran Jakarta–Surabaya–Makassar pada 3–5 November 2025.
Agenda ini digelar untuk memastikan seluruh kru benar-benar siap menghadapi situasi darurat apa pun, terutama mengingat periode Nataru selalu menjadi puncak kepadatan pelayaran nasional.
Direktur Utama PELNI, Tri Andayani, ikut terjun langsung mendampingi pelaksanaan workshop bersama jajaran manajemen seperti Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PELNI Anik Hidayati, Kepala DPA–QHSSE Aldrin Dalimunte, serta Nakhoda KM Labobar Capt. Muhary Widiono.
Tri menegaskan workshop ini penting untuk meningkatkan kewaspadaan kru, sekaligus mengasah keterampilan menghadapi kondisi ekstrem di laut.
“Workshop ini adalah kapal ke-21 dari 25 kapal yang kami latih. Sampai akhir tahun, empat kapal lagi akan menyusul sehingga seluruh armada PELNI sudah mengikuti pelatihan keselamatan,” ujar Tri.
Selama workshop, para ABK digembleng dengan latihan intensif. Mulai dari pengecekan peralatan navigasi, inspeksi ruang muatan, hingga pemeriksaan seluruh perlengkapan keselamatan seperti lifeboat, liferaft, life jacket, hingga Marine Evacuation System (MES) sistem evakuasi darurat berstandar internasional.
Tak hanya teori, simulasi darurat digelar penuh, lengkap dengan skenario kebakaran, pertolongan pertama pada korban cedera termasuk penanganan patah tulang, hingga prosedur abandon ship menggunakan sekoci. Seluruhnya dilakukan real-time di atas kapal yang sedang berlayar.
“Sebagai perusahaan transportasi yang melayani masyarakat, keselamatan adalah yang utama. Pilar PELNI jelas: safety first, zero accident, dan service excellence,” tegas Tri.
Melalui latihan berulang, PELNI ingin memastikan setiap kru bisa bekerja cepat, kompak, dan tepat saat menghadapi krisis. Dengan begitu, penumpang bisa merasa lebih aman saat bepergian menggunakan kapal PELNI.
Kepala DPA–QHSSE, Aldrin Dalimunte, menambahkan bahwa seluruh ABK PELNI wajib memiliki sertifikat kompetensi internasional. Sebelum bertugas, mereka juga diwajibkan mengikuti familiarisasi kapal agar memahami seluruh prosedur, tata letak, hingga peralatannya.
“Semua kru punya standar COC atau COP. Begitu naik kapal baru, mereka langsung difamiliarisasi oleh nakhoda atau perwira. Jadi meski baru bergabung di kapal tertentu, mereka tetap paham tugasnya,” ujar Aldrin.
KM Labobar sendiri merupakan kapal berusia 22 tahun yang mampu mengangkut 3.000 penumpang dan memiliki panjang 146,5 meter. Kapal ini melayani rute panjang dari Tanjung Priok hingga Fak-Fak, dan telah dilengkapi perlengkapan keselamatan lengkap mulai dari life-boat, life-raft, ILR, hingga Marine Evacuation System (MES) dan Voyage Data Recorder (VDR).
Dengan persiapan intensif ini, PELNI berharap perjalanan Nataru tahun ini berjalan lancar, aman, dan tanpa insiden.













